Monday, August 17, 2009

Membangun Pola Kepemimpinan Baru

November 1, 2007 by suaraatr2025

1. PENDAHULUAN

Pada dasarnya bahwa permasalahan yang timbul menuntut peran kepemimpinan untuk memecahkannya dan bila kita kaitkan dengan periodesasi, maka kita dapat mengunmgkapkan pola kepmimpinan lama kedalam : Sebelum tahun 1970, sifat masalah yang dihadapi adalah normal dan sering dihadapi sehingga segera dapat diidentifikasi penyebabnya, yang kita sebut dengan masalah normal biasa artinya pemecahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya internal yang tersedia ; Memasuki tahun 1980 sifat masalah yang dihadapi adalah normal tidak biasa karena tidak sering terjadi dan tidak mudah begitu saja diidentifikasi sehingga tidak segera dapat dipecahkan, walaupun akhirnya dapat dipecahkan dengan kemampuan internal organisasi ; Setelah tahun 1990 dimana kepemimpinan menghadapi masalah tidak normal dan sering diketemukan dalam daur hidup organisasi yang kita sebut dengan masalah kompleksitas dengan tingkat keruwetannya yang tidak mudah dipecahkan ; Memasuki tahun 1997 dan menjelang tahun 2001, masalah tersebut berubah dari tingkatan keruwetan / kompleksitas menjadi apa yang disebut “penyakit” kedalam daur hidup organisasi.

Pola kepemimpinan lama, hanya menekankan kepada pemecahan masalah sehingga kepemimpinan masa itu memasuki tahun 2001 berdasarkan usaha-usaha dengan memasukkan kekuatan intervensi dari luar untuk ikut terlibat memecahkan masalah yang dihadapi, tapi kenyataan yang dihadapi oleh kepemimpinan pola lama hanya menambah masalah baru sehingga kepemimpinan masa kini telah menunjukkan kehilangan kepercayaan diri untuk memanfaatkan pemecahan masalah yang bersandar kepada kekuatan internal sendiri.

Dari pengalaman masa kini dimana kepemimpinan telah tumbuh dan berkembang dari pengalaman masa lalu, telah menunjukkan suatu pola kepemimpinan lama tidak mampu menjawab tantangan masa depan, oleh karena itu diperlukan kompetensi menciptakan masa depan dengan meletakkan landasan yang kuat dalam perannya untuk mengorganisir kedalam bentuk suatu organisasi yang bergerak cepat, fleksibel, mudah dikontrol dan melakukan perubahan-perubahan secara sistimatis, berencana dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan lingkunga.


2. KEPEMIMPINAN POLA BARU

Membangun kepemimpinan pola baru diperlukan pemahaman suatu pendekatan yang kita sebut dengan pendekatan tiga dimensi peranan kepemimpinan masa depan. Tantangan yang dihadapinya harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan penyelesaian atas masalah normal dengan sifat masalah biasa dan masalah luar biasa dan masalah tidak normal dengan ifat masalah kompleksitas dan masalah penyakit.

Dengan memahami konsep peranan kepemimpinan pola baru dalam tiga dimensi diharapkan kepemimpinan anda mampu menuntun untuk mempengaruhi orang-orang dalam wujud kebersamaan untuk bersikap dan berperilaku. Jadi dalam kepemimpinan baru perlu menekankan tiga faktor yang sangat menentukan yang pertama disebut dengan “Wawasan” ; yang kedua disebut dengan “Penyelarasan” ; yang ketiga disebut dengan “Pemberdayaan”. Ketiga faktor itu membentuk kepemimpinan pola baru.

Wawasan merupakan langkah awal dalam peran kepemimpinan pola baru masa depan dalam menyeimbangkan perencanaan strategik (visi, msi, tjuan, sasaran, strategi) dengan pelaksanaan yang sejalan dengan budaya organisasi (nilai, norma, wewenang, ganjar), bla diperlukan diadakan penyesuaikan sesuai dengan tuntutan perubahan.

Penyelarasan merupakan langkah kedua dalam peran kepemimpinan pola baru masa depan dengan mewujudkan kebersamaan dalam tindakan melalui keterikan dalam “sistem” (seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas), “struktur” (cara bagaimana sesuatu disusun atau dibangun) dan “proses” (rangkaian tindakan, pembuatan atau pengolahan yang mengasilkan sesuatu). Penyelarasan dalam sistem, struktur dan proses merupakan tonggak untuk membangun komitmen yang diberikan pegawai atas pengorbanan diri sendiri untuk melaksanakan kepemimpinan kolaboratif.

Pemberdayaan merupakan langkah ketiga yang sangat penting dan strategis dalam peran kpemimpinan untuk mempersatukan wujud kepentingan yang seimbang antara kepntingan individu, kelompok dan organisasi.sebagai daya dorong untuk memotivasi perubahan sikap melalui pemberdayaan bakat yang tersembunyi, peningkatan kecerdikan emosioal dan membangkitkan pikiran kreativitas. Dengan melaksanakan pemberdayaan tersebut diharapkan lahirnya komitmen dari diri sendiri untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sejalan dengan kemampuan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi agar perubahan-perubahan dapat dilakukan.

3. PENUTUP

Kepemimpinan pola baru sangat kita perulukan sejalan dengan menghadapi situasi ketidakpastian masa depan dalam memasuki milenium ketiga yang mampu mengelola masa kini sekaligus menciptakan masa depan. Untuk menunun peran kepemimpinan maka diperlukan menekankan kesimbangan kebutuhan akan “Wawasan” ; “Penyelarasan” dan Pemberdayaan orang”.

Dengan menumbuhkan dan meningkatan ketiga faktor tersebut diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku dari keterampilan manajerial “pemecahan masalah” menjadi “menghindari masalah” artinya memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi peluang-peluang dari ketidakpastian dari sikap antisipatif disatu sisi dan disisi lain mampu merumuskan masalah masa kini kedalam tiga kelompok yang disebut dengan masalah “kritis” ; “pokok” dan “insidentil” dalam proses pemecahan masalah yang tidak hanya bersandarkan kepada sikap reaktif melainkan juga proaktif.

Jadi dengan membangun kepemimpinan pola baru diharapkan menjadi pendorong untuk mewujudkan effektivitas pribadi yang positif sebagai seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang akan mendukung kemampuan mengelola berbasiskan budaya organisasi sebagai landasan untuk menggerakkan kekuatan sumber daya internal dan melepaskan diri dari ketidak yakinan kemampuan sendiri sebagai kunci keberhasilan dalam memecahkan masalah normal dan tidak normal.

No comments:

Post a Comment