Monday, August 17, 2009

MEMBANGUN MODEL STRATEGI DALAM PERSFEKTIF MANAJEMEN

December 14, 2007 by suaraatr2025

Strategi PEMBERDAYAAN diri didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi berpikir, belajar, bekerja dalam mewujudkan keputusan strategik.

Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan berpikir mencari jalan keluar agar setiap individu memerlukan peningkatan kemampuan berpikir metodis dan non metodis dengan melibatkan semua pihak agar mereka memiliki keinginan menjangkau dalam berpikir intuitif yang mengarah kepada persfektif, berpikir rencana jangka panjang yang mengarah pemahaman posisi dan berpikir rencana jangka pendek yang mengarah kepada performansi.

Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan belajar mencari jalan keluar keluar agar setiap individu mendapatkan daya dorong belajar kemauan sendiri, kemauan organisasi dan masyarakat.

Dalam sub-sistem strategi pemberdayaan bekerja mencari jalan keluar untuk memotivasi keberadaannya dalam memenuhi kepentingan pribadi, organisasi dan masyarakat lingkungannya.

Wujud pemberdayaan diri merupakan langkah-langkah yang berkaitan untuk meningkatkan kedewasaan rohaniah sebagai tonggak membentuk kepribadian yang memiliki etika .

Dengan etika itu dapat menjadi pendorong ia bersikap dan berperilaku yang diinginkan kedalam kehidupan sosialnya, yang ditopang oleh kematangan emosional dan intelektual yang dimiliki.


Yang perlu diingat bahwa peningkatan kedewasaan tersebut tidak dikaitkan dengan umur seseorang artinya ada saja kemungkinan kedewasaan bisa terjadi pada manusia dewasa, tua dan ketuan. yang mempengaruhi kehidupannya dalam usaha-usaha yang bersangkutan untuk mewujudkan kebiasaan yang produktif.

Jadi, dengan melaksanakan strategi pemberdayaan diri, merupakan langkah awal untuk mengkomunikasikan kekuasan sebagai kemampuan dalam peran, keahlian dan sumber daya agar wewenang sebagai hak dalam kewibawaan sesuai apa yang dinginkan dalam perubahan karena adanya kesenjangan.

Untuk menjembatani adanya kesenjangan.dari pikiran lama ke pikiran baru untuk melaksanakan perubahan kedalam pikiran, belajar dan bekerja melalui berbagi informasi yang tersedia yang dapat diakses tepat waktu, akurat, benar, sehingga dapat mendorong menciptakan otonomi dalam watas wewenang kerja dengan mengganti pemikiran hirarkis lama dengan tim mandiri.

Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam pemberdayaan diri untuk menghadapi tantangan masa depan.

8.2

Strategi membangun KOMITMEN didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi bawahan, pemimpin dan organisasi dalam mewujudkan keputusan strategik

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen bawahan mencari jalan keluar bagaimana dapat memberikan motivasi kepada setiap individu dalam mengkomunikasikan apa arti keberadaannya dalam organisasi dan apa yang dapat dibe-rikannya dalam berkarya sehingga timbul komitmen dari lubuk hatinya sendiri, bukan timbul yang dipaksakan.

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen pimpinan mencari jalan keluar dalam bentuk keteladanannya dalam komitmen, sehingga dengan kemampuan ia dapat menunjukkan komitmen dalam mencari kesempatan kedalam tantangan proses, mengerakkan kreativitas individu dan kelompok menjadi inovasi organisasi, mendorong bawahan bertindak, menjadi penunjuk jalan dan memberikan motivasi sebagai daya dorong bagi bawahannya.

Dalam sub-sistem strategi membangun komitmen org. walaupun kedudukan bersifat abstrak, namun organisasi sebagai alat yang digerakkan oleh orang-orang yang berada didalamnya harus mencari jalan keluar agar organisasi yang dibangun memiliki komitmen dalam bentuk yang fleksibel dan mudah dikontrol.

Wujud membangun komitmen mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan segala sesuatu yang dapat memahami sebagai daya dorong dalam kejelasan, kompetensi, pengaruh dan apresiasi / penghargaan, dengan penjelasan sebagai berikut :

KEJELASAN, artinya komitmen mampu mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan keputusan strategik. Yang mengungkapkan organisasi hendak kemana di masa depan dan apa yang sebaiknya dilakukan di masa kini sehingga setiap orang tahu konstribusi yang harus diberikan olehnya melalui kejelasan pendayagunaan peran-peran dalam keorganisasian.

KOMPETENSI, artinya komitmen akan lahir sejalan dengan setiap orang mera-sa memiliki kompetensi, oleh karena itu disatu sisi mereka yakin atas pengeta-huan, keterampilan dan keinginan dan disisi lain mereka memiliki keyakinan diri untuk melaksanakan tugasnya.

PENGARUH, artinya komitmen dapat memberikan pengaruh kepada mereka dalam berpikir, bekerja dan belajar akan memperoleh hasil-hasil perbuatannya yang dapat bersifat kebosanan, keingkaran yang pasip atau bahkan sabotase, oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan misalkan membuat model kesempatan untuk memperluas pengaruh pegawai :

Strategi membangun KOLABORASI didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi budaya, proses dan struktur dalam mewujudkan keputusan strategik

Dalam sub-sistem strategi membangun budaya mencari jalan keluar dalam membentuk kesamaan berpikir kedalam norma, nilai, wewenang dan ganjar yang dijadikan landasan bersikap dan berperilaku sebagai budaya kolaboratif

Dalam sub-sistem strategi membangun proses mencari jalan keluar kedalam proses kerja tim sebagai jenis khas kelompok kerja dimana tim harus diorgani-sasikan dan dikelola secara berbeda dengan jenis kelompok kerja lainnya oleh tim profesional sebagai tim kerja koloboratif

Dalam sub-sistem strategi membangun struktur mencari jalan keluar kedalam struktur yang fleksibel dan mudah dikontrol dalam mengelola sumber-daya yang tersedia sebagai struktur kolaboratif.

Wujud membangun kolaborasi mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan segala sesuatu yang dapat memahami sebagai daya dorong dalam membuka diri.

Jadi dengan melaksanakan strategi membangun kolaborasi merupakan langkah ketiga untuk membuka diri dalam kesejajaran dan ber-tanggung jawab penuh atas keberhasilan dan terbuka kesempatan mempelajari keterampilan baru yang bisa membuatnya berdiri sendiri.

Membangun kolaborasi (kerja-sama) dapat menjembatani kesenjangan yang timbul dari pelaksanaan gaya pikiran lama untuk membangun kesiapan untuk membuka diri kedalam pelaksanaan gaya pikiran baru.

Oleh karena itu, perlu kita sadari pula bahwa dengan membuka diri sebenarnya ia merupakan kunci untuk memulai membangun kebiasaan-kebiasaan yang ditopang atas pemahaman pemberdayaan diri dan komitmen.
Memang hal ini mudah diucapkan tetapi sangat sulit untuk dilaksanakan kecuali bagi orang-orang yang memahami arti perubahan.

Strategi membangun IKLIM ORGANISASI didekati dengan sistem sebagai seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, sehingga didalamnya terdapat sub-sub sistem strategi mengelola input, mengelola proses dan mengelola output budaya, dalam mewujudkan keputusan strategik.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola input mencari jalan keluar bagaimana menata faktor-faktor apa saja dapat mempengaruhi di lingkungan tempat kerja baru yang terkait dengan arah, pekerjaan, remunerasi, karir dan kinerja.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola proses, mencari jalan keluar agar dapat memberikan jawaban bagaimana sebaiknya input itu dilola agar faktor-faktor yang mempengaruhi itu tidak memberi dampak sama sekali atau seminimal mungkin kedalam sistem manajemennya.

Dalam sub-sistem strategi membangun dalam mengelola output, mencari jalan keluar agar diharapkan terciptanya suatu iklim yang memberikan hasil perilaku organisasi yang sangat dirasakan oleh para pegawai utamanya.

Wujud membangun iklim orgnisasi mengkomunikasikan langkah-langkah untuk memberikan segala sesuatu yang dapat memahami sebagai daya dorong dalam lingkungn yang harmonis, memiliki sifat fleksibilitas dan mudah di kontrol.

Jadi dengan melaksanakan strategi membangun iklim oraganisasi merupakan langkah keempat untuk menentukan posisi melalui keyakinan atas hubungan antara pikiran dan perbuatan atau antara ide dan penyelenggaraannya.

Untuk menentukan posisi tersebut dapat ditempuh melalui apa yang kita sebut dengan : 1) reaktif artinya oranisasi menunggu perubahan baru kemudian bereaksi ;2) mengubah lingkungan intern artinya mengantisipi atas perubahan ;3) mengubah lingkungan luar artinya organisasi yang mengantisipasikan perubahan untuk bertindak atas lingkungan itu sendiri sehingga perubahan cocok dengan kebutuh-annya ; 4) menetapkan hubungan baru antara lingkungan ekstern dan intern.

Oleh karena itu iklim organisasi adalah serangkaian sifat lingkungan kerja yang dapat dipahami secara langsung dan tak langsung pegawai yang bekerja di lingkungan itu. Dan dianggap sebagai kekuatan yang besar pengaruhnya pada perilaku pegawai terhadap pekerjaannya, sehingga pengaruh yang menentukan reaksi pekerja terhadap pekerjaannya.

Jadi pegawai dipengaruhi oleh jenis iklim tertentu yang ada dalam lingkungan kerjanya.

Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan yang teratur, sistimatik dan terarah dengan landasan yang kuat dan konsisten akan menjadi kekuatan-kekuatan baru kedalam iklim organisasi untuk menghadapi tantangan masa depan.
Selengkapnya...

Fokus Dalam Mewujudkan Kesuksesan

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PEMAHAMAN KESUKSESAN DALAM TIGA DIMENSI

Fokus dalam mewujudkan kesuksesan yang hendak dicapai sangat bergantung dari seberapa jauh kita telah menghayati dan memahami secara mendalam hal-hal yang berkaitan disatu sisi mengenai kemampuan kita untuk menggerakkan kekuatan pikiran dalam mewujudkan arti dari pada PENGELOLAAN dan disisi lain yang berkaitan dengan pemahaman PARADIGMA yang menuntut kita harus mengikuti tuntutan perubahan zaman dari masyarakat industri ke masyarakat informasi dan di awal abad ini sedang bergerak menujuke masyarakat pengetahuan.

Sejalan dengan pikiran tersebut diatas, maka kesuksesan hanya dapat dicapai melalui keyakinan dan kepercayaan kita yang harus ditumbuh kembangkan dari kebiasaan yang produktif yang harus digerakkan sepanjang hidup menuju perjalanan yang abdi. Jadi tekanannya kita berusaha untuk mencapai kesuksesan atau keberhasilan dari berpikir, bekerja dan belajar dengan memanfaatkan “OTAK” dalam arti kedewasaan rohaniah yang akan mempengaruhi kedalam kedewasaan sosial, emosional dan intelektual, yang pada akhirnya kita percaya dan meyakini benar bahwa hasil akhir ditentukan oleh kebesaran sang pencipta Allah swt.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka kita harus mampu untuk menggerakkan kekuatan pikiran kedalam vokus pada tiga demensi yang akan menjadi faktor penggerak untk mengungkit kekuatan pikiran melalui apa yang kita sebut dengan KETIDAKPASTIAN, KEMITERAAN dan MASALAH KESUKSESAN yang akan timbul dalam perjalanan terkait dengan kedewasaan rohaniah yang akan menuntun kita dalam bersikap, bergaya dan berperilaku untuk mewujudkan kesuksesan.

Dengan mengungkapkan ketiga aspek tersebut diatas, maka kita dapat memahami makna kesuksesan sebagai sesuatu daya tarik dari pikiran yang berserah diri kepada sang pencipta dalam usaha menghasilkan sesuatu yang berguna baik diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena itu, betapapun kita berusaha untuk mewujudkan apa-apa yang kita cita-citakan, maka dengan kekuatan pikiran yang digerakkan oleh kesadaran, kecerdasan dan akal kita harus mampu mencari jawaban mengenai apa, mengapa, bagaimana dan bilamana dari suatu kesuksesan itu menjadi suatu kenyataan bila segala sesuatu kita yakini bahwa kesuksesan adalah kehendak Allah swt. Jadi setiap kita ingin mencari jawabannya, maka disitulah terletak kita memulai dengan kekuatan pikiran untuk menyadari hal-hal sebelumnya tidak diketahui.


2. MEMBANGUN KEBIASAAN DARI KETIDAKPASTIAN

Kita maklumi bahwa kehidupan masa kini penuh dengan gejolak ketidakpastian disana-sini, yang ditandai oleh gelombang perubahan pada seluruh aspek kegiatan. Ketidakpastian tersebut didorong oleh adanya situasi yang terus tumbuh dalam ekonomi global, yang dapat menjadi pemicu dalam proses berpikir yang penuh dengan tantangan, tapi sebaliknya kepemimpinan yang memiliki keperibadian proaktif dapat menjawab tantangan tersebut menjadi peluang.

Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk menggerakkan kekuatan pikirandalam mewujudkan dari ketidakpastian menjadi gambaran satu situasi yang pasti dalam arti kita tidak menghindari dari persaingan yang serba rumit dan komplek tapi yang penting bagaimana kita menciptakan bahwa disitu ada peluang.Peluang hanya dapat kita gerakkan sepanjang peran kepemimpinan mampu menyatukan sinergi dalam kebersamaan bertindak dengan budaya organisasi yang terus menguat karena perubahan pola pikir yang dapat diterima semua pihak yang mempunyai keseimbangan dalam kepentingan.

Kita dapat membayang Negara Indonesia yang penuh kekayaan alam yang dianugerahkan oleh sang pencipta Allah swt, tapi Negara ini tidak dapat tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan oleh Bangsa dan Negara, walaupun kita telah menikmati kemerdekaan yang panjang dalam kurun waktu 62 tahun. Apakah yang menjadi penyebabnya. Tidak lain karena kita tidak mampu merubah pola berpikir secara radikal untuk mengikuti perubahan sebagai akibat kepemimpinan pada seluruh sistem kenegaraan yang memiliki tingkat kesadaran indrawi yang begitu tinggi sehingga mereka terjebak ke paham materialistik dalam bersikap, bergaya dan berperilaku.

Berdasarkan pikiran diatas, sangat sulit kita akan keluar dari daur hidup berbangsa dan bernegara untuk tumbuh dan berkembang karena kita berada dalam kehidupan dengan permasalahan yang tidak normal, oleh karena itu kita tidak mungkin keluar dari posisi penyakit yang sudah menuju ke daur kehancuran. Bagaimana kita bisa keluar dari penyakit itu tergantung pada kekuatan akhlak yang menuntun kepemimpinan yang memiliki keteladanan yang dapat menembus ketidakpastian. Mencari ketidakpastian dari gambaran masalah yang kita hadapi diatas akan terletak dari kemampuan kemimpinan yang harus dapat mempenguruhi kedalam lingkungan untuk merubah pola berpikir secara radikal dari pengaruh kekuatan kesadaran inderawi.

Untuk merubah kesadaran tersebut dengan memanfaatkan makna “OTAK” dari sisi kedewasaan rohaniah yang akan mendorong perubahan atas kedewasaan intelektual, emosional dan sosial akan menjadi suatu kekuatan pikiran dalam membangun kebiasaan dalam ketidakpastian. Usaha untuk mewujudnya, maka diperlukan pemikiran yang dapat menjadi daya dorong dalam menghadapi tantangan masalah yang tidak normal tersebut dengan memanfaatkan kekuatan potensial dari luar diri sendiri supaya terlibat dalam pemecahan masalah sehingga secara sadar ia menemukan tentang dirinya.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka peran kepimpinan lebih fokus untuk menggerakkankekuatan berpikir yang bersifat lateral sebagai alat dalam usaha mencari ketidakpastian, dengan demikian akan menjadi lebih banyak pilihan datang bersama ketidakpastian itu. Oleh karena itu, kepemimpinan masa depan harus mampu dalam usaha merumuskan ketidakpastian menjadi identifikasi peluang yang dapat diraih untuk menghindari masalah. Jadi mencari ketidakpastian itu berusahalah menjadi pengelola konflik, bukan pencegah konflik sehingga dengan demikian kita tahu disitu ada peluang besar dan resikonya bersifat mendasar.

Dengan demikian dengan menggerakkan kekuatan berpikir kita dapat memetakan dan menggambarkan jarak ketidakpastian dalam usaha memecahkan kesenjangan yang dapat dijembatani melalui perubahan berpikir secara radikal untuk mengungkit ketidakpastian menjadi peluang, walaupun kita sadari akan timbul kejadian yang tidak dapat kita duga sebelumnya dari perubahan itu sendiri.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka kita harus mampu berusaha menggerakkan kekuatan berpikir dari yang tidak tahu menjadi tahu, jadi kita sadari bahwa dalam praktek dimana kita dihadapkan dengan sesuatu ketidaktahuan dan ketidakpastian melalui alat pikir kesadaran, kecerdasan dan akal untuk mengungkit pilihan-pilihan yang akan kita hadapi sebagai gerakan proses berpikir yaitu :

Pertama, berusaha tidak mau memikirkan :

Mereka berusaha untuk mengatakan apapun yang dipikirkan jauh dari suatu harapan yang telah mengajarkan mereka dengan fakta dan informasi dari masa lampau, bahkan pengalaman masa kinipun tidak mampu lagi untuk memikirkan ketidakpastian itu untuk mendorong mereka mencari solusi dari usaha-usaha untuk membangun kebiasaan ketidakpastian menjadi peluang dari sumber daya yang dapat untuk dimaksimalkan dan untuk itulah mereka tidak mau memikirkan karena ingin lari dari suatu kenyataan sebagai akibat tekanan-tekanan yang begitu besar dan dampak resiko yang akan dihadapi. Mereka tidak mau belajar dari pengalaman seperti IBM dan GENERAL MOTOR serta kemajuan perusahaan Jepang dalam menggerakkan inovasi untuk kepuasan pelanggan. Mereka tidak mau belajar dari pengalaman orang lain tapi hanya menekankan keterampilan diri sendiri yang membelenggunya.

Kedua, berusaha tidak mau bertindak :

Mereka sadar untuk memikirkan arah persfektif dan arah posisi masa depan yang di dorong oleh tersumbatnya kekuatan berpikir yang tak dapat digerakkan karena dibayangi oleh ketidakpastian yang terus bergerak menjadi gelombang yang sangat dahsyat. Oleh karena itu mereka tidak mampu membuat lompatan-lompatan strategi dalam menyeberangi gelombang tersebut karena takut dengan dampak ketidakpastian. Inilah yang dikatakan tidak mau lagi berpikir dan berbuat untuk melakukan pencapaian arah persfektif dan posisi masa depan yang jelas walaupun dengan penguasaan data dan informasi yang dimilikinya untuk menggerakkan kreatifitas menjadi inovasi yang dapat merubah cara pandang yang berbeda karena tidak memiliki keyakinan dan kepercayaan untuk berbuat sesuatu yang dapat mendorong mereka termotivasi melihat persoalan ke masa yang akan datang.

Ketiga, berusaha menggerakan kekuatan alat pikir :

Dengan menempatkan keyakinan dan kepercayaan untuk melangkah berbuat sesuatu dalam masa ketidakpastian dengan belajar masa kini atas pengalaman masa lampau dan masa depan dengan melihat masa kini, maka mereka mampu merespon melalui kesadaran apa yang dapat dipahami dari keadaan internal serta pengaruh keadaan eksternal sehingga mereka dapat mengungkap situasi masa kini dan masa depan yang sedang dan bakal terjadi.

Jadi dengan menggerakkan kekuatan pikiran agar kesadaran menjadi sesuatu yang bermakna, maka dengan penguasaan data dan informasi yang dianalisis strategik melalui kecerdasan diharapkan kita mampu untuk beradaptasi yang terkait dengan mengungkapkan sebab akibat dari satu situasi ke situasi lainnya, sehingga kita dapat melihat dari ketidakpastian dari sisi resiko yang dihadapi apa, mengapa, dimana, bagaimana, siapa.

Dengan demikian kita mampu menggerakkan ketidakpastian menjadi peluang diantara pilihan solusi yang dapat kita ungkapkan menjadi keputusan yang diambil dengan akal pada waktu dan lokasi yang tepat sehingga ketidakpastian yang dapat menimbulkan konflik yang ingin disatu sisi bertahan dalam kelompok status quo dan sisi lain ingin dengan perubahan. Oleh karena itu, peran kepemimpinan mencari-cari ketidakpastian menjadi peluang, maka jangan hindari konflik melainkan bagaimana mengelola konflik dan atau menghadapinya. Sejalan dengan situasi tersebut diharapkan ia menjadi pemicu untuk terus membangun kebiasaan berpikir, bekerja dan belajar.

3. MEMBANGUN KEBIASAAN DALAM KEMITERAAN

Untuk bangkit dari usaha kesuksesan, maka kitapun harus meyakini dan percaya bahwa dalam mewujudkan prinsip kepemimpinan, maka kita harus mampu menggerakkan kekuatan pikiran untuk mewujudkan kolaborasi, komitmen dan komunikasi sebagai tonggak kita berjalan sesuai dengan arah yang hendak kita capai dalam usaha membangun kebiasaan dalam kemiteraan. Pemahaman kemiteraan harus dibangun dalam arti luas baik kepentingan kedalam (kerja tim) maupun keluar (kerja sama).

Pemahaman kemiteraan sebagai suatu strategi yang harus ditempuh oleh peran kepemimpinan puncak untuk mewujudkan kesuksesan seperti yang diharapkan oleh stakeholders. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mewujudkan kebersamaan pikiran dalam proses mengambil keputusan yang terkait dengan tujuan utama dalam melaksanakan kemiteraan.

Dilihat dari sisi kepentingan bahwa kemiteraan diantara dua atau lebih untuk suatu jangka waktu tertentu dengan prinsip-prinsip yang disetujui oleh pihak-pihak yang berkepentingan akan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan :

Prinsip membangun kebiasaan dalam etika : 1) Memahami dan menyesuaikan dengan budaya organisasi ; 2) Membangun komunikasi yang sifatnya terbuka ; 3) Menyelaraskan keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi ; 4) Menyelaraskan keseimbangan kepentingan yang berkaitan dengan pemberdayaan sumber daya manusia.

Prinsip memangun kebiasaan dalam pengelolaan : 1) Menyelaraskan maksud dan tujuan kemiteraan ; 2) Menyelaraskan rencana jangka menengah dengan rencana operasional 3) Keseimbangan kedalam kolaborasi, komitmen dan komunikasi ; 4) Menyelaraskan keseimbangan dalam pemanfaatan sumber daya yang ada sejalan dengan kejelasan program dan anggaran ; 5) Menyelaraskan resiko dengan produktivitas ; 6) Menyelaraskan pengawasan dan pengendalian ; 7) Menyelaraskan keseimbangan dalam tanggung jawab sosial.

Prinsip-prinsip yang diungkapkan diatas ditujukan untuk kerja sama dengan pihak ketiga, sedangkan yang terkait dengan internal, apa yang kita sebut kedalam membangun kebiasaan kerja tim yang diatur kedalam methoda, prosedur dan sistem yang berdiri sendiri. Jadi membangun kebiasaan dalam kemiteraan merupakan salah satu strategi untuk mendayagunakan sumber daya yang terbatas kedalam langkah-langkah yang memaksimumkannya sesuai dengan kebutuhan

4. MEMBANGUN KEBIASAAN DALAM PEMECAHAN MASALAH PSIKOLOGIS KESUKSESAN

Dalam usaha kita mewujudkan mencari ketidakpastian menjadi peluang dan usaha membangun kemiteraan agar kita dapat melangkah kearah keberhasil, maka kita dihadapkan adanya masalah psikologis kesuksesan, yang dapat mengganggu dalam menggerak kekuatan pikiran dalam setiap tindakan yang dilaksanakan.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dibawah ini diungkapkan masalah psikologis yang secara tidak sadar hal itu akan mempengaruhi dalam menggerakkan kekuatan pikiran untuk membangun kesuksesan sebagai suatu impian yang ingin diwujudkan mngenai :

Masalah keberhasilan dalam kesuksesan :

Sebagai seorang muslim, maka makna keberhasilan sebagai salah satu masalah kesuksesan yang diajaran berdasarkan Al Qur’an adalah suatu wujud dari pikiran yang berserah diri kepada sang pencipta dalam usaha menghasilkan sesuatu yang berguna baik diri sendiri maupun orang lain. Apapun bentuk usaha pikiran dalam mewujudkan sesuatu yang menuju kearah “Keberhasilan” oleh manusia dengan memanfaatkan alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal yang dilaksanakan secara berurutan dan memilki saling sifat ketergantungannya dan oleh karena itu seimbangkanlah amalan syariat dan batin.

Keberhasilan akan menjadi kenyataan, maka galilah tambang emas yang ada pada dirimu yaitu pikiran dalam bentuk lahir batin yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir (syariat) dan batin (hakikat) waib dilaksanakan serentak dalam satu masa di semua waktu dan keadaan.

Masalah pekerjaan dan efesiensi kerja dalam kesuksesan :

Pendekatan berpikir dengan sistem dalam rangka mengaktualisasikan pekerjaan dalam usaha melihat melipat gandakan efesiensi kerja agar usaha memaksimumkan keberhasilan akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki. Oleh karena itu, berserah diri kepada Allah swt, disatu sisi agar kita selalu dapat menangkap peluang yang diberikannya dan disisi lain kita selalu mengingat peringatan-peringatan yang ditunjukkan kepada hambanya, tanpa itu kamu tidak akan mengenal tentang dirinya, kalau suatu ketika kamu berhasil dalam mencapai kesuksesan tapi harus diingat mungkin itu suatu ujian adanya.

Dengan demikian renungkanlah mutiara keperibadian yang disabdakan oleh Muhammad saw seperti ini : “Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu hidup selamanya dan beribadalah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok. Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu.

Sesungguhnya Allah menjadikan rejekiku, dibawah bayang-bayang usahaku “

Masalah keragu-raguan dalam kesuksesan :

Kita harus meyakini benar bahwa “keragu-raguan dan hayalan” dapat merusak aktualisasi berpikir dalam kamu menemukan tentang dirimu agar kamu selalu ingat kepada Allah swt, maka disitulah bermula cobaan yang diberikan olehnya seberapa jauh engkau beriman kepadaNya.

Oleh karena itu, keberadaanmu dalam hidup ini adalah berpikir, bekerja dan belajar berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah jangan engkau tinggalkan agar kamu selamat dalam amalan lahiriah dan batin dalam usaha secara terus menerus agar kamu tidak ada keragu-raguan beriman kepadanya.

Akhirnya marilah kita merenungkan kata-kata hikmah dari orang soleh Imam Syafie mengatakan :

“Barang siapa menghendaki akhirat wajib baginya ikhlas pada ilmu. Tidak ada sesuatu yang lebih indah pada ulama mlainkan dengan kefkiran dan memadai apa yang ada dan redha dengan keduanya.

Hendaklah kamu berilmu pengetahuan sebelum kamu menjadi ketua, tiada jalan lagi bagi kamu mencari pengetahuan.

Orang yanga berakal itu ialah orang yang akalnya dapat mengawal sifat-sifat mazmunah (keji).

Barang siapa mencintai bahwa Allah menutupi baginya dengan kebaikan maka hendaklah dia sangka baik dengan manusia.”

Masalah ikhtiar dan pertolongan Allah dalam kesuksesan :

“Bekerjalah bagi kehidupanmu, seakan-akan kamu hidup selamanya dan beribadalah kepada Tuhanmu seakan-akan kamu akan mati besok.

Musuhmu yang paling besar ialah dirimu sendiri yang ada dalam badanmu.

Sesungguhnya Allah menjadikan rejekiku, dibawah bayang-bayang usahaku “

Dengan memperhatikan Sabda Nabi Muhammad swa diatas, maka dengan keyakinan dan kepercayaan memberikan daya dorong bagi pikiran kita dalam memandang suatu kesempatan sebagai sesuatu yang memungkinkan seseorang untuk meletakkan sebelah kakinya di sebelah dalam dari pintu kesuksesan tapi bukan berarti telah memecahkan pintu. Jangan kira kesempatan akan datang dua kali mengetuk pintumu karena kesempatan datang pada saat kita paling tidak mengharapkannya tapi tangkaplah segera.

Disinilah letak kesuksesan dalam masalah ikhtiar dan petolongan Allah swt. untuk kita waspada mengamati kesempaan, bijaksana dan berani mempertimbangkan kesempatan, kuat dan uet memanfaatkan kesempatan agar berhasil sebaik-baiknya dengan penyerahan dan keyakinan atas keberadaan Allah swt. yang akan memutuskan segala-galanya, bukan di tangan manusia, karena itu ingatlah selalu Sabda Nabi Muhammad saw bahwa “Agama itu akal dan tidak ada agama bagi siapa yang tidak berakal”

Sejalan dengan ungkapan pemikiran diatas, maka galilah tambang emas yang ada pada diri kita dengan memanfaatkan kesadaran, kecerdasan dan akal untuk berpikir. Oleh karena itu ingatlah selalu bahwa setiap kerja harus memasang niat. Setiap orang akan mencapai apa yang dinikmatinya. Jikalau hijrahnya untuk kepentingan dunia, ia cuma memperoleh itu. Kalau ia terpikat oleh seoang wanita, ia Cuma akan mengawininya. Maka hijrah setiap orang adalah menengok niat yang dipasangnya sewaktu hijrah.

5. KESIMPULAN

Fokus dalam mewujudkan kesuksesan dalam membangun kebiasaan untuk mencari-cari ketidakpastian, kemiteraan dan masalah psikologis dalam kesuksesan merupakan langkah yang kita harapkan agar kita menyadari sepenuhnya bahwa bagaimana kita bersikap, bergaya dan berperilaku dalam kehidupan.

Apa yang kita harapkan dari mencari-cari ketidakpastian melalui pemanfaatan kekuatan pikiran yang kita gerakkan dalam usaha untuk merebut peluang-peluang apa yng ada didalamnya tergantung dari sikap, gaya dan perilaku kita memandang masa depan yang telah kita rumuskan arah persfektif yang hendak dicapai.

Dari persfektif yang hendak dicapai dalam gelombang ketidakpastian, maka kita harus mampu membuat alokasi sumber daya yang terbatas secara produktif baik internal maupun eksternal secara maksimal melalui langkah-langkah kemiteraan dalam arti luas.

Dalam setiap melangkah untuk mencapai kesuksesan seperti apa yang kita harapkan, maka kita harus secara sadar akan menghadapi pula masalah pikologis kesuksesan yang akan kita hadapi dalam masalah keberhasilan, masalah pekerjaan dan efesiensi kerja, masalah keragu-ragan dan ikhtiar dan pertolongan Allah swt. Masalah itu mungkin timbul oleh karena itu kita harus mampu untuk menyesiati dengan kebesaran jiwa sebagai “Manusia Al Qur’an”.
Selengkapnya...

Fokus Dalam Pengelolaan

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PENGELOLAAN DALAM TIGA DIMENSI

Fokus dalam pengelolaan dimaksudkan menggerakkan kekuatan pikiran untuk mengelola sumber daya yang terbatas dengan usaha memaksimumkannya diharapkan dapat membawa hasil yang lebih maksimal di peroleh.

Bertitik tolak dari konsep pemahaman pengelolaan dalam tiga dimensi diatas, maka dibawah ini akan kita ungkapkan hal-hal yang terkait dengan bakat, teknik, keberuntungan, kapabilitas dan tanggung jawab untuk pengembangan diri yang menjadi fokus dalam mewujudkan keteladanan dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu untuk menjawab apa-apa yang kita sebut diatas dapat kita utarakan bahwa FOKUS untuk melaksanakan aspek pengelolaan menjadi kebiasaan yang produktif dengan menggerakkan kekuatan pikiran dalam keyakinan dan kepercayaan bahwa pentingnya fungsi PERENCANAAN dalam arti abstrak, sedangkan fungsi BUDAYA dalam arti konkrit serta fungsi PERUBAHAN dalam arti adanya kesiapan dalam menghadapi tuntutan perubahan itu.

Sejalan dengan pemikiran yang kita utarakan diatas, pandangan tersebut dapat kita rumuskan yang terkait dengan :


1) Adalah benar, umumnya keberhasilan kepemimpinan dalam menjalankan peran yang berhasil terkait dengan bakat yang dimilikinya. Tapi bagaimanapun juga harus belajar dari usaha-usaha mereka untuk memahami secara mendalam mengenai proses pengelolaan dan untuk itu mereka harus fokus untuk enyelesaikan masalah-masalah kritis, pokok dan insidentil.

2) Adalah benar, kepemimpinan harus memiliki teknik khusus untuk menuntun bawahan langsung dan tak langsung karena mereka memahmi yang pada dasarnya berbeda dalam aktivitas kemanusiaan lainnya. Termasuk teknik yang terkait dalam hal-hal yang terkait dengan mengidentifikasi situasi dan merumuskan menjadi masalah dan pemecahan masalah dan merumuskan keputusan-keputusan menuju keberhasilan.

3) Adalah tidak hal-hal yang terkait dengan keberuntungan atau dalam kejadian yang bersifat kebetulan. Kesemuanya sangat tergantung pada pemikiran dalam merumuskan kekuatan dari okus dengan mlalui pelatihan untuk menjadi keterampilan kedalam sensitivitas terhadap peran dan situasi-situasi organisasi. Mereka sangat memahami rancangan dan siste dari suatu keberhasilan dan atau kegagalan. Oleh karena itu, kepemimpinan yang efektif tidak hanya memahami untuk menemukan penyebabnya, mereka juga melihat apa kesalahan-kesalahan lainnya dan mendengarkan, sedangkan yang lain tidak mau tahu.

4) Adalah tidak cukup yang dikatakan kemampuan karena dilahirkan, melainkan harus diperjuangkan karena ia ingin senyatanya meningkatkan yang lebih maju dalam pngelolaan, mereka tidak ingin menghabiskan waktu menunggu keajaiban, sehingga mereka berusaha meningkatkan pengetahuan manajerial.

5) Akhirnya adalah benar kamu dapat membutuhkan keteladanan untuk dirimu bahwa para kepemimpinan harus dikembangkan.

Inilah pemahaman kita tentang kebutuhan untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan abad baru yang kita sebut FOKUS. Dengan vokus maka aspek membangun kebiasaan dalam pengelolaan yang produktif dapat menjadi suatu kenyataan yang sesuai dengan tuntutan perubahan itu sendiri yang sejalan dengan fungsi-fungsi dalam PERENCAAN, BUDAYA dan PERUBAHAN.

Dibawahini diungkapkan hasil dari banyak pembiacaraan dan tulisan yangmengatakan bentuk-bentuk kesuksesan kepemimpinan seperti dibawah ini :

1) Mereka tidak akan melaksanakan stu kegiatanpun tanpa pikiran yang sangat berhati-hati dalam melangkah tanpa rencana aksi.

2) Mereka mengorganisir sumber daya terutama manusia yang memiliki kompetensi dalam struktur yang dirancang untuk mendukung rencana-rencana yang dikembangkan.

3) Mereka menghargai dan mempergunakan kekuasaan dari sumber daya manusia yang dimiliki sebagai bagian yang tidak terpisahkan untuk membangun keteladanan.

4) Mereka meninggalkan sesuatu peluang, kecuali mereka sangat tergantung atas kesinambungan kepercayaan dan keyakinan atas suatu struktur.

Dengan memperhatikan bentuk-bentuk kesuksesan tersebut diatas, maka diperlukan oleh para pemimpin keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan suskses tersebut sebagai berikut : 1) Mereka telah mempelajari untuk menjdi ahli dalam pemecahan masalah dan pembuat keputusan yang produktif. 2) Mereka mendasarkan analisis dan keputusan atas informasi yang tersedia kedalam aalisis strategik. 3) Mereka tidak pernah memikirkan apa yang bakal terjadi setelah memkirkan segala sesuatu dari hasil kerja kelompok. 4) Mereka mengakui nilai dari waktu dan mengella dengan baik. 5) Mereka sangat terbuka dengan perubahan-perubahan sehingga selalu siap menyesuaikan dengan tuntutan perubahan. 6) Mereka mengambil tanggung jawab untuk karir mereka.

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah kita utarakan diatas, maka keterampilan dan tanggung jawab yang cukup memperlihatkan adanya dua karekteristik yang bersifat universal yang disebut :

1) Tanggung jawab mereka adalah cukup terhadap pengelolaan dan mereka melaksanakan fungsi-fungsi tersebut dalam suatu cara sistimatik dan ditetapkan. Secara konsisten mereka memahami atas “proses pengelolaan”. Mereka secara teratur mengulangi proses itu dari hari demi hari, minggu demi minggu dan tahun demi tahun. Karena mereka menyadari sepenuhnya pengulangan proses tersebut sebagai apa yang disebut dengan daur pengelolaan

2) Mereka menuntun dalam kombinasi yang cukup dari kegiatan-kegiatan pendukung yang memerlukan beberapa aturan-aturan yang diikuti dalam memenuhi keterampilan-keterampilan yang berbeda. Keberhasilan peran kepemimpinan dikembangkan dengan melatih keterampilan yang khusus. Dengan cara tersebut membuka peluang dari hasil proses pengelolaan, sehingga keterampilan tersebut memberi para individu yang memiliki apa yang disebut dengan “peran kepemimpinan yang terlatih”

2. MEMBANGUN KEBIASAAN PERENCANAAN

Bertitik tolak dari pemikiran diatas, maka yang ditekankan dalam uraian berikutnya adalah vokus pengelolaan yang terkait dengan aktivitas bisnis sebagai suatu konsep bagaimana melaksanakannya.

Membangun kebiasaan perencanaan disini dimaksudkan bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan kekuatan pikiran dalam merumuskan perencanaan itu. Jadi sebelum kita melangkah kedalam tindakan yang kita ingin capai dalam mewujudkannya, maka terbayang dalam pikiran kita untuk mengelolanya secara produktif.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka cobalah kita renungkan kata-kata kunci dibawah ini untuk mengungkit kekuatan pikiran melalui pemanfaatan alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal sbb.:

·Keberhasilan perencanaan, kata kunci disini untuk menunjukkan kepada kita bahwa keberhasilan suatu perencanaan bergantung atas suatu proses sistimatik dirumuskan secara jelas keputusan-keputusan strategik yang mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijaksanaan, program, sebagai landasan untuk melaksanakan semua kegiatan berdasarkan pemikiran-pemikiran yang harus selalu siap untuk disesuaikan perubahan kondisi, kedalam pemikiran jangka panjang dan jangka pendek.

·Langkah perencanaan, kata kunci disini untuk menunjukkan ke-pada kita bahwa fungsi-fungsi manajemen lain dari atas ke bawah dari suatu organisasi. Hal tersebut berdasarkan atas istimasi-istima-si kemungkinan yang terbaik masa yang akan datang, mengakui keberadaan ketidak kepastian. Rencana-rencana yang baik adalah organisasi cukup memberikan pedoman yang persuasip, tetapi cu-kup fleksibel untuk merespon perubahan kondisi dan peluang.

·Pemikiran rencana jangka panjang, kata kunci disini untuk menunjukkan kepada kita bahwa untuk merumuskan pemikiran-pemikiran yang mengarah kepada persfektif yang menekankan rumusan secara kualitatip kedalam rencana lima tahun keatas yang disebut rencana strategik.

·Pemikiran rencana jangka menengah, kata kunci disini untuk menjabarkan perencanaan strategikmenunjukkan kepada kita bahwa untuk merumuskan yang terkait denganmemperhatikan hasil analisis SWOT kedalam perencanaan jangka panjangyang mengarahkankepada posisi lima tahun secara kualitatip dan kuantitatip yang dituangkan kedalam laporan yang disebut Corporate plan.

·Pemikiran rencana jangka pendek, kata kunci disini untuk menunjukkan kepada kita bahwa untuk merumuskan pemikiran yang menjabarkan rencana jangka menengah lebih terperinci untuk satu tahunke dalam rencana kerja dan anggaran serta ukuran-ukuran pencapaiannya.

·Pemikiran menerapkan teknologi informasi, kata kunci disini untuk menunjukkan kepada kita bahwa diperlukan suatu sistem untuk menyatukan pemikiran diatas secara terpadu.

·Proses perencanaan, kata kunci disini dapat dilihat pada gambar 2 dan 3. yang dapat diperinci kedalam tahapan proses perencanaan secara terpadu serta memanfaatkan teknologi informasi.

Keberhasilan membangun pengelolaan dimulai dengan memfokuskan kekuatan pikiran sebagai kabiasaan dalam hal-hal yang terkait diawal untuk mengungkapkan pikiran secara intuitif mengenai pemahaman konsep dalam ilustrasi gambar dibawah ini :

Dengan memperhatikan ilustrasi gambar 1 tersebut, maka kita dapat mengungkapkan komponen untuk merumuskan apa-apa yang harus dipikirkan untuk masing-masing tingkatan sesuai dengan peran yang harus dijalankannya.

Sejalan dengan pikiran tersebut maka kita dapat memfokuskan untuk membangun kebiasaan dalam perencanaan yang dikelompokkan kedalam perencanaan dengan prinsip :

·Mermuskan dari hasil pemikiran non-methodis yang berpegang kepada pemanfaatan pikiran berdasarkan dengan menghayati artinya berpikir secara intuitif untuk membuat arah masa depan yang kita sebut dengan arah persfektifdalam rencana jangka panjang

·Merumuskan dari hasil pemikiran methodis yang berpegang kepada otak dan hati artinya berpikir dalam kerangka yang disadari sehingga menghasilkan arah posisi masa depan dalam rencana jangka menengah.

·Merumuskan dari hasil pemikiran methodis yang berpegang kepada otak dan hati artinya berpikir dalam rangka rencana jangka pendek.
Selengkapnya...

Fokus Dalam Melaksanakan Pradigma Baru

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PEMAHAMAN PARADIGMA BARU DALAM TIGA DIMENSI.

Pada bagian terdahulu telah kita ungkapkan pengertian paradigma bahwa pada dasarnya menekankan kepada disatu sisi mengenai batas-batas dan disisi lain mengenai kesiapan. Sejalan dengan itu kita telah pula mengungkapkan tantangan abad ke 21 ini dari sudut pandang “proses futurism” untuk mendorong dalam mengungkit bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan otak ini dalam menghadapi tantangan tersebut.

Disinilah letak keinginan tahuan kita dengan mendorong kemampuan berpikir dari tidak tahu menjadi tahu dengan memanfaatkan alat pikir yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal.

Dengan kesadaran kita mengungkapkan agar kita mampu berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Inilah yang kita sebut sedang mengungkapkan perubahan paradigma abad 20 ke abad 21. Artinya paradigma memberitahukan kepada kita adanya suatu permainan, ragamnya permainan dan bagaimana cara memainkannya.

Sebaliknya dengan kecerdasan, kita ingin mengungkapkan untuk memberi arti dari kesadaran itu menjadi bermakna untuk melaporkan keadaan perkara dan hubungan-hubungannya, seberapa jauh resiko yang kita hadapi sehingga dengan fakta dan informasi bagaimana kita menghindarinya atau menumpasnya. Artinya kita dapat menangkap perubahan paradigma itu, jika demikian adalah peralihan kepada suatu permainan baru.

Akhirnya dengan akal, kita ingin mengungkapkan untuk mencari jalan, dimana letaknya bahaya, macam bahaya, luasnya bahaya, kapan datangnya, akan berlangsung teruskah bahaya itu, bagaimana cara penyelesainnya. Disinilah kita mencari penyebab awal dari kecenderungan tersebut, maka kita akan menemukan itu sebagai perubahan paradigma.

Bayangkan oleh kita betapa penting yang diungkapkan oleh John Naisbitt, tahun 1982 dalam bukunya Megatrendyang sangat laris terjual. Yang ia sebutkan adanya kecenderungan besar dalam milenium baru sehingga terjadi pergeseran-pergeseran dari :


·Masyarakat industri ke masyarakat informasi.

·Teknologi yang dipaksakan ke High tech / High touch.

·Perekonomian nasional ke perekonomian dunia.

·Jangka pendek ke jangka panjang

·Sentralisasi ke desentralisasi.

·Bantuan kelembagaan ke swakarsa.

·Demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipasi

·Hirarki ke jaringan kerja (networking)

·Utara ke selatan

·Pilihan terbatas ke banyak pilihan.

Tapi kenyataan yang kita hadapi tidak banyak orang dapat memanfaatkan informasi tersebut menjadi bermanfaat dalam melaksanakan perubahan yang sistimatik dan berkelanjutan dalam kehidupan ini. Mengapa, tidak lain karena ketidakmampuan untuk merubah paradigma lama ke paradigma baru dimana akan kita temukan adanya kesenjangan tanpa mampu membuat untuk menjembatani melalui pemberdayaan diri.

Dengan pemahaman itu, kita dapat mengungkit kapan paradigma itu muncul dan bagaimana kita bersikap atasnya, dengan memperhatikan gejala-gejala yang kita ungkapkan dibawah ini :

·Paradigma dapat bersifat umum dan atau khusus, sehingga kita mempunyai anggapan bukanlah sesuatu hal yang luar biasa artinya gejala itu ada sehingga kita dapat bersikap biasa saja, namun kita harus menaruh perhatian atasnya kalau tidak membawa jarak yang jauh atas akibat kesenjangan yang terjadi.

·Paradigma itu akan bergerak secara fungsional artinya sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran karena adanya tuntutan dari perubahan atas peran itu sendiri. Jangan dibiarkan akan melahirkan sikap yang menentang.

·Paradigma dapat juga menunjukkan suatu gejala yang tidak mungkin dapat kita robah menjadi mungkin karena adanya keyakinan bahwa apapun gelombang yang begitu dahsyat dapat kita menembus menjadi peluang.

·Paradigma dapat juga menunjukkan perlunya usaha-usaha untuk mening- katkan wawasan atau menjadi daya dorong seseorang untuk mengerakkan analisis strategis agar ia mampu berpikir tidak kedalam satu arah tapi mencari lebih dari satu jawaban.

·Paradigma akan menunjukkan atas keberadaannya bukanlah sesuatu gejala yang harus diterimasebagai sesuatu yang pasti yang dapat mempengaruhi dalam cara pandang dalam melangkah pemberdayaan diri.

·Paradigma dapat juga menjadi kekuatan kepemimpinan dalam mengkomunikasikan suara hatinya dan mengubah perilaku sebagai kekuatan pertahanan strategis dalam melaksanakan perubahan.

·Paradigma dapat juga menjadi daya dorong untuk setiap orang termotivasi dalam menanggapi perubahan sehingga ia mampu menunjukkan kedalam pilihan paradigma yang sesuai dengan pandangannya dalam perubahan.

·Paradigma dapat juga menjadi petunjuk untuk meningkatkan pemahaman atas konsep kekuasaan, wewenang dan pemberdayaan dalam kerangka dalam mendaya gunakan peran-peran dalam keorganisasian.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas diperlukan untuk membangun kebiasaan menghadapi tantangan abad 21, bagaimana kita sampai kepada suatu pemahaman tentang kesiapan menghadapi tantangan abad 21, terletak dari kemampuan kita menggerakkan otak agar kita bisa berpikir ke arah yang hendak dituju dari tidak tahu menjadi tahu, itulah satu kekuatan seandainya anda menjadi pemimpin dengan kepemimpinannya.

Kepeimpinan adalah mempengaruhi orang lain, sehingga ia dipandang memiliki kapasitas untuk mentejemahkan pemikiran strategik, jangka panjang dan pendek untuk dikomunikasikan menjadi kenyataan. Kesiapan menghadapi tantangan abad 21, memang perlu kita cermati agar kita dapat menjalankan apa yang kita harapkan masa kini dan masa depan, tapi usaha kita membangun masa depan sangat tergantung kemampuan kita dalam menganalisa pengalaman masa lampau dan masa kini, oleh karena itu bagaimana peran anda untuk berpartisipasi dalam menghadapi tantangan abad 21 bila anda tidak dapat menyingkap hal-hal yang disebutkan dibawah ini :

·Jauhkan rasa kebingungan anda untuk memanfaatkan informasi yang tersedia, dan jangan anda menutup pintu hati untuk tidak saling berbagi kepentingan.

·Jauhkan rasa kebingungan pribadi dalam memasuki perubahan, karena hal itu dapat mendorong anda menjadi orang yang masa bodoh, sehingga akan melibas kekuatan pikiran anda dalam memanfaatkan otak dengan maksimal.

·Jauhkan ketidak yakinan diri anda atas pelaksanaan perubahan yang dapat mempengaruhi jalan pikiran dalam ketidak mampuan untuk menguasai diri sendiri.

·Jauhkan pikiran anda dari pengaruh yang menginginkan suatu kepastian atas hasil dari perubahan tanpa anda menyadari kepentingan atas manfaat dari pelaksanaan pemberdayaan diri.

·Jauhkan pikiran anda bahwa wujud kerja sama bukanlah salah satu pondasi yang harus dibangun dengan melaksanakan kepemimpinan kolaborasi, tanpa memahami manfaat dengan dibangunnya pengelolaan partisipatif.

·Jauhkan pikiran anda yang mendorong untuk menciptakan status quo tanpa menatap masa depan dengan hanya memfokuskan masa kini dengan tanpa usaha menumbuhkan kreativitas menjadi inovasi dalam melaksanakan perubahan-perubahan yang terjadi.

Jadi dari kekuatan pikiran kita harus mampu menolak ketidak yakinan dan kepercayaan diri dalam membangun kebiasaan untuk selalu siap menghadapi perubahan paradigma dalam menjalankan apa-apa yang mendorong kita berubah dalam menjalani abad 21 ini.

2. MEMBANGUN KEBIASAAN PROFESIONALISME

Menjadi profesionalisme bukanlah sesuatu yang sulit, bila kekuatan pikiran yang dapat kita gerakkan melalui alat pikiran utama berupa kesadaran, kecerdasan dan akal.yang ada pada diri kita. Yang menjadi masalah bagaimana kita mengungkitnya sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Kuncinya terletak dari kebiasaan yang produktif seperti kita katakan diatas bahwa setiap manusia dalam menjalankan peran dalam kehidupan tidak pernah melepaskan diri dari usaha secara terus menerus meningkatkan kedewasaan berpikir, bekerja dan belajar untuk menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri agar kita terbiasa dalam menghadapi tantangan yang kita sebut dengan tuntutan perubahan yang bergerak lebih cepat dari kesiapan diri kita sendiri.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka membangun kepemimpinan yang unggul dalam arti memiliki kebiasaan profsional dapat dipelajari bukanlah sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan. Oleh karena itu untuk membangun profesionalisme tergantung kepada dua hal yaitu :

Kemampuan memanfaatkan kekuatan pikiran kedalam analisis strategis baik berpikir methodis (otak dan hati) dan non-methodis (hati) ; Kemampuan membangun kebiasaan yang produktif dalam usaha meningkatkan ilmu, keterampilan dan keinginan dengan niat dalam rangka mningkatkan kompetensi.

Kedua hal tersebut diatas sebagai faktor pemacu untuk meningkatkan kedewasaan profesionalisme yang sejalan dengan usaha-usaha untuk menjadi manusia unggul dalam kesiapan menghadapi tantangan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi yang saat ini sedang bergerak menuju ke masyarakat pengetahuan.

Jadi menggerakkan kekuatan pikiran menjadi profesionalisme yang memiliki kekuatan berpikir secara global di satu sisi dan di sisi lain memiliki kekuatan pikiran untuk melaksanakan kolaborasi, komitmen dan komunikasidalam menjalan peran lokal, sehingga memiliki keyakinan dan kepercayaan untuk merubah dari ketidakpastian menjadi peluang.

3. MEMBANGUN KEBIASAAN KREATIF DAN INOVASI

Kemajuan dari suatu organisasi akan sangat tergantung pada sumber daya manusia yang tersedia sesuai dengan perannya dengan memiliki keunggulan. Manusia yang unggul biasanya terbuka pada suatu iklim yang diciptakan dalam suasana yang kondunsif dimana setiap individu dan atau dalam kelompok membangun kebiasaan kreatif. Membangun kebiasaan kreatif merupakan kebutuhan didalam suatu organisasi, oleh karena itu haruslah dipandang sebagai sesuatu pola yang dapat mendorong setiap orang untuk memberikan konstribusinya yang sejalan dengan tuntutan kebutuhan, sehingga kita merumuskan pemikirn tersebut menjadi :

Kreatifitas adalah wujud kepribadian individu kedalam pemanfaatan (K)esadaran secara (R)asional untuk mendorong (E)mosi dan (A)kal terhadap (T)antangan untuk merumuskan suatu (I)de dengan (P)endekatan 4 P (pribadi, proses, pendorong, produk) dengan kemampuan (I)nteletual dan (T)asamuh kedalam berpikir (A)ntisipasi melalui (S)ensitivitas.

Dengan pengertian itulah kita membangun suatu konsep yang dapat mendorong kreativitas yang diaktualisasikan dalam sikap, gaya dan perilaku yang terkait manusia sebagai individu dan atau dalam dinamika kelompok.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka saat ini dan hari depan dengan memanfaatkan kekuatan berpikir yang dinamis untuk menggunakan kreativitas, maka setiap orang dapat merubah nasib yang harus dperjuangkan, soal hasil kita pasrahkan diri kepada sang pencipta maka disitulah terletak aktualisasi hidup mencapai kesuksesan.

Oleh karena itu, cobalah renungkan bahwa kreativitas adalah sumber penggerak dari kekuatan berpikir dalam membangun kebiasaan yang produktifdituntut untuk memahami makna disiplin sebagai bagian dari proses kreatif, walaupun saya banyak bermain golf, sayapun mencurahkan pikiran apa yang hendak saya pikirkan dalam pencarian kreatif, sehingga kita selalu menyiapkan buku bacaan, peralatan dan ruangan yang selalu teratur, itu pula sebagai gambaran bahwa disiplinmerupakan daya dorong untuk kita terus berkarya.

Dengan keadaan yang penuh kerapian dan ruangan yang ada menyenangkan , maka disitulah arti kita mempersiapkan diri dalam kita berkreativitas dengan memanfaatkan alat pikiran yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal untuk menggoreskan proses dalam proses berpikir.

Jadi disiplin dapat mewujudkan keindahan, maka disitu pula saya dapat menggerakkan kemampuan berpikir secara methodis dan non-metohodis sehingga mampu mlihat tantangan dalam hidup ini agar kita mampu menggunakan energi secara produktif.

Berdasarkan pikiran diatas, bila anda menyadari bahwa tambang emas yang ada dalam diri anda dalam bentuk pikiran yang dapat digali, itu berarti ada kesempatan untuk mengungkapkan apa yang disebut bakat yang tersembunyi sepanjang anda menginginkan.

Tidak semua orang mampu menggerakkan kekuatan pikiran dalam mengungkit bakat yang terpendam dan oleh karena itu adakalanya datang dorongan dari luar, tapi yang harus kita ingat bahwa ada suatu anggapan dimana hidup yang kita jalani dapat kita hayati dari masa lampau tapi masa depan harus kita jalani sesuai tuntutan perubahan lingkungan yang terjadi.

Menggerakkan kekuatan pikiran dalam mewujudkan kreativitas dalam arti mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti tidak lain karena kemampuan dalam mengaktualisasikan dari penguasaan wawasan dan imajinasi yang tidak terpengaruh oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan kemauan yang keras. Oleh karena itu kekuatan pikiran dapat digerakkan individu dan atau individu dalam kelompok sebagai penggerak untuk mencetuskan ide atau gagasan yang diteruskan baik dilakukan berpikir secara methodis dan non-methodis kedalam tindakan yang kita sebut dengan :

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah kita uraikan pada bagian ini dimana usaha untuk membangun kebiasaan kreatif individu kedalam kreatif kelompok melalui pelaksanaan sumbang saran dengan harapan dapat diwujudkan suatu kebenaran sehingga dengan kekuatan pikiran yang disinerjikan kedalam tahapan pikiran menyusun konsep, membentuk pendapat dan menarik kesimpulan menjadikan kreatifitas menjadi sifatnya belum ada sebelumnya atau baru, berguna dan dapat dimengerti.

Bila kreatifitas kelompok dikembangkan dan dilola oleh suatu tim secara formal berubah wujud menjadi inovasi untuk menumbuh kembangkan langkah kerja berpikir ilimiah (objektif, rasional, sistematis, generalisasi) dengan jalan observasi, riset, eksperiment, persaksian dan otoritas dari para ahli sehingga inovasi organisasi merupakan tantangan kepemimpinan untuk menterjemahkan dari keinginan berinovasi kedalam lingkngan organisasi.

Jadi inovasi organisasi yang haruslah didukung dan digerakkan oleh kepemimpinan puncak yang memiliki tujuan tertentu dan dihasilkan dari analisa, sistem dan kerja keras tim kerja kelompok sebagai suatu proses dua langkah artinya pertama inovasi itu sendiri, kedua suatu usaha yang berisiko tinggi yang mengubah penemuan menjadi suatu produk atau proses yang berpotensi komersil.

Pendekatan dilakukan dengan menanamkan untuk membangun kebiasaan inovasi melalui dengan pengertian : CEO berperan menggerakkan (I)nisiatif kedalam proses mental kedalam (N)alar individu dan atau kelompok secara (O)ptimal kedalam (V)isualisasi menjadi pengembangan (A)ktivitas dan (S)arana dengan memanfaatkan (I)lmu pengetahuan.

Dengan memahami pengertian diatas diharapkan setiap anggota tim dalam kelompok kerja dapat memahami bahwa wawasan dan imajinasi menjadi daya dorong kedalam kreativitas dalam mewujudkan inovasi yang didukung oleh pimpinan puncak.dengan memperhatikan : 1) Memiliki tujuan yang digerakkan secara sistimatis; 2) Setiap inovator memiliki keyakinan atas kompetensinya ; 3) Dengan kerja yang jelas, sederhana dan terfokuskan ; 4) Kreativitas kelompok menjadi penggerak pemanfaatan dari sumber daya yang terbatas ; 5) Berdasarkan aktivitas yang fleksibel dan mudah di kontrol dengan menekankan orientasi kepemimpinan bukan semata menciptakan keuntungan yang besar.

Dengan memperhatikan prinsip keharusan tersebut, diperlukan usaha untuk diindentifikasi isu-isu kunci yang strategis kedalam : 1) Bentuk kebijakan inovasi yang terbaik bagi perubahan an posisi pasar ; 2) Implikasinya terhadap infrastruktur organisasi ; 3) Implikasinya kedalam pensyaratan sistem teknologi informasi ; 4) Kejelasan dalam perumusan secara akurat kreteria kinerja dari produk secara dini ; 5) Implikasinya dalam prosedur testing untuk memenuhi dari permintaan produk.

Jadi keberhasilan CEO dalam membangun kebiasaan inovasi akan terletak pada kekuatan pikiran yang dapat diaktualisasikan kedalam kesadaran, kecerdasan dan akal untuk menyatukan hal-hal yang terkait dengan apa yang kita sebutkan dibawah ini : 1) Pikiran strategik ; 2) Pikiran yang berbeda ; 3) Pikiran manfaat bagi pelanggan ; 4) Pikiran secara terperinci ; 5) Pikiran yang menyangkut kedalam, pengetahuan, manusia, antisipatif

Dalam rangka menyatukan pikiran-pikiran tersebut diatas, maka diperlukan adanya pemahaman yang mendalam saling keterkaitan diantara kebijakan personil, infrastruktur organisasi, pasar dan juga yang terkait dengan pengalaman dalam fungsional, tapi yang sulit adalah yang menyangkut perubahan manajemen secara efektif mengenai :1) Personil (strategi, struktur, subjek, dukungan, keterampilan, sistem, gaya, staff, nilai bersama ; 2) Keahlian pasar ; 3) Posisi pasar ; 4) Keahlian pabrikasi ; 5) sejarah produksi

4. ANTISIPATIF

Antisipasi adalah kemampuan untuk meramalkan, mengetahui sebelum terjadinya sesuatu. Oleh karena itu harus ada kemampuan untuk menggerakkan kekuatan pikiran baik dalam berpikir vertical maupun berpikir lateral (baca buku Edward Debono : Berpikir lateral)

Kedua model berpikir tersebut memiliki karekteriktik yang berbeda :

Berpikir Vertical :Berpikir Lateral :

SelektifGeneratif

Bergerak ke satu arahBergerak ke banyak arah

AnalitisProvokatif

BerurutMembuat lompatan

Harus benar setiap langkahTidak harus demikian

Bentuk negatif untuk menutup jalanTidak ada bentuk negatif

KonsentrasiMenyambut baik terobosan

Katagori, klasifikasi, label tetapTidak tetap.

Jalan yang paling memungkinkanMenjajaki yang tidak mungkin

Pada antisipatif menekankan model berpikir lateral agar mampu menggerakkan kekuatan pikiran untuk mendapatkan antisipasi yang baik adalah dengan membuat penelitian strategis dengan hasil agar mampu merumuskan identifikasi peluang.

Dengan demikian membangun kebiasaan antisipastif berarti kita ada usaha membentuk kepribadian yan proaktif sehingga dengan fokus itu mampu mengaktualisasikan untuk menggerak kekuatan pikiran dalam merumuskan untuk menghindari masalah.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Alvin Toffleryang melahirkan buku “Future Shock tahun 1970. dimana ia telah mengingatkan bahwa pentingnya mengantisipasi masa depan, sehingga ia berkesimpulan :

Pertama, jelas bahwa kejutan masa depan bukan lagi merupakan lagi merupakan bahaya potensial yang masih jauh, tetapi suatu penyakit nyata yang diderita oleh semakin banyak manusia.

Kondisi psikologis-biologis ini dapat digambarkan dengan apa yang disebut dengan terminology medis dan psikiataris. Penyakit ini adalah penyakit perubahan.

Kedua, saya semakin tercengang betapa sedikitnya orang tahu tentang penyesuaian diri, baik mereka yang menginginkan dan yang menciptakan perubahan besar masyarakat kita, maupun mereka yang seharusnya mempersiapkan kita untuk menghadapinya.

Para cendekiawan yang serius berbicara lantang mengenai “pendidikan demi masa depan”, akan tetapi kita sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang cara melaksanakannya.

Dari uraian yang kita ungkapkan diatas, mengingatkan arti pentingnya bagi Pimpinan yang memiliki keperibadian proaktifkarena konsep kejutan masa depan dan teori penyesuaian diri yang bersumber padanya, sangat kuat membuktikan bahwa perlu ada keseimbangan, tidak saja antara tingkat kecepatan perubahan lingkungan dengan kecepatan tanggapan manusia yang terbatas.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka juga menemukan pandangan ahli manajemen Peter F Drucker yang menaruh perhatian besar dalam mengamatinya, ia telah mengemukakan dalam bukunya “Managing In Turbulent Times” tahun 1980, dalam buku ini ia menekankan mengenai keterampilan, sehingga ia berpendapat betapa penting keterampilan manajerial pada masa-masa tidak menentu. Dalam hal ini ia mengemukakan “A time of turbulence is a dangerous time, but its greatest dangeris temptation to deny reality” (periode turbulensi adalah masa yang berbahaya, tetapi bahaya yang paling besar adalah godaan untuk mengingkari kenyataan)

Apa yang tlah kita uraikan diatas adalah mengungkit kekuatan pikiran dengan memanfaatkan konsep berpikir lateral yang membentuk keperibadian proaktif yang menghasilkan antisipasi dalam kerangka untuk menghindari masalah. Tetapi sebaliknya kita tidak dapat mengabaikan situasi masa kini yang dapat mnimbulkan masalah dari masalah masa lampau. Oleh karena itu kita harus mampu untuk bisa memanfaatkan kekuatan berpikir vertical agar kita tidak terjebak dalam keperibadian reaktif yang tidak terarah artinya dalam usaha kita memecahkan masalah. Dengan pikiran itu kita harus mampu memilah masalah yang kritis, pokok dan insidentil agar setiap pemecahan tidak menimbulkan masalah baru.

Membangun kebiasaan antisipatif merupakan kebutuhan dalam usaha menggerakkan kekuatan pikiran melalui berpikir lateral yang berusaha untuk mengembangkan penelitian strategis yang menghasilkan arah kemampuan untuk merumuskan identifikasi peluang masa depan.

Dengan konsep pemikiran itu berarti pula kita menumbuh kembangkan keperibadian proaktif sehingga kita memiliki keterampilan dalam menghindari masalah dimasa depan artinya kita memiliki kemampuan untuk mengantisipasi bila situasi mlahirkan masalah.

Disisi lain kita juga tidak dapat menghindari suatu keperibadian yang bersifat reaktif, hanya saja persoalannya bagaimana kita mengubah menjadi tindakan yang positip artinya kita mampu menggerakkan kekuatan pikiran dengan memanfaatkan berpikir vertical secara terarah.

Jadi dengan berpikir vertical kita mencoba menggerakkan kekuatan pikiran dalam rangka untuk merumuskan situasi masa kini yang dapat menimbulkan masalah akibat kondisi masa lampau. Oleh karena itu kita harus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Dengan kondisi demikian, maka situasi yang dapat menimbulkan masalah harus dapat kelompok kedalam masalah kritis, masalah pokok dan masalah insidentil artinya pemecahan masalah insidentil agar tidak menimbulkan masalah baru maka perlu dipecahkan masalah pokok terlebih terdahulu, begitu juga bila masalah pokok ada agar tidak menimbulkan masalah baru maka terlebih dahulu dipecahkan masalah kritis.

5. KESIMPULAN

Dalam abad 21 kita menuju ke masyarakat pengetahuan, yang mana menunjukkan tantangan dari ketidakpastian dimana-mana sehingga menghadapi tantangan yang begitu besar dengan sifat serba komplek, perubahan diseluruh aspek kehidupan dan dampak ekonomi dalam dunia tanpa batas.Dengan pemikiran , maka diperlukan pemahaman kembali sikap, gaya dan perilaku yang harus mampu berubah untuk menyesuaikan dengan tantangan yang kita hadapi. Oleh karena itu, diperlukan pula satu landasan yang kuat dalam memberikan daya dorong untuk mampu memaksimalkan kekuatan pikiran.

Usaha untuk menggerakan kekuatn pikiran kita dihadapkan kepada kebutuhan akan adanya usaha untuk terus menerus membangun kebiasaan yang produktifyang didukung oleh kemampuan untukmemanfaatkan kesadaran, kecerdasan dan akal dalam usaha untuk menyesuaikan diri dalam proses berpikir.Jadi disatu sisi kita terus meningkatkan kebiasaan yang produktif dalam arti meningkatkan pemahaman penguasaan ilmu, keterampilan dan keinginan yang dilandasi niat dan disisi lain kita harus memahami kebutuhan untuk menyesuaikan diri agar mampu mengikuti tantangan yang dihadapi.

Untuk menghadapi tantangan dalam abad 21 ini, kita dihadapkan kemampuan untuk melaksanakan paradigma baru yang kita sebut dengan “Profesionalisme, Kreativitas individu / kelompok dan Inovasi, Antisifatif”Oleh karena itu diperlukan pemahaman makna paradigma tersebut, supaya kita harus mampu menggerakkan kekuatan pikiran vertical dan lateral dalam mengaktualisasikan pikiran agar kita dapat merumuskan masalah-masalah masa depan dari pengalaman masa kini dengan latar belakang masa lalu.

Sejalan dengan itu diperlukan kesiapan membangun keperibadian proaktif untuk mampu antisipatif berlandaskan kreativitas dan inovasi yang digerakan oleh profesionalisme disatu sisi untuk mewujudkan ketidakpastian menjadi peluang dalam arti menghindari masalah dan disi lain kesiapan merubah dari keperibadian reaktif menjadi reaktif yang postif dalam arti memecahkan masalah berdasarkan kemampuan merumuskan situasi menjadi masalah kritis, pokok dan insidentil.
Selengkapnya...

Fokus Membangun Akhlak

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PEMAHAMAN AKHLAK DALAM TIGA DIMENSI

Fokus akhlak dalam tiga dimensi yaitu terdapat faktor yang kita sebutkan dengan Otak (D.1) ; Dunia (D.2) ; Akhirat D.3)

Membangun keteladanan, bukanlah sesuatu yang sulit untuk dihayati dan dilaksanakan, hanya saja mampukah kita merubah sikap, gaya dan perilaku yang sejalan dengan tuntutan untuk membangun akhlak. Bila hal tersebut dapat diyakini berarti ada niat untuk membangkitkan cahaya hati anda dalam menempuh perjalanan hidup untuk dunia dan akherat melalui peningkatan kedewasaan kecintaan anda kepada Allah swt dengan memanfaatkan “otak”.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka membangun akhlak adalah landasan seperti yang telah kita kemukakan pada bagian terdahulu, oleh karena itu membangun akhlak merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan pemahaman kita bahwa kita akan ingat dimana maut pasti datang sehingga kita perlu menyiapkan diri dengan melihat masa umur kita, maka disitulah arti penting AKHLAK. Membangun akhlakakan terkait dengan tiga faktor yang kita sebut dengan “OTAK, DUNIA dan AKHERAT”

Untuk membangun AKHLAK, marilah kita mencoba memulainya dari sudut pemahaman yang bertolak dari landasan yang diajarkan dalam Al Qur’an bagi yang beragama Islam, dengat surat dan ayat yang kita utarakan dibawh ini :


S.Q. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.

S.Q. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

S.Q. 7 : 201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

S.Q. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

S.Q. 3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

S.Q. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

S.Q. 4 : 149 “Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema`af lagi Maha Kuasa.

S.Q. 5 : 13 “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Dengan membaca dan kita renungkan dari surat dan ayat tersebut, maka diharapkan dapat membangkitkan cahaya hati kita. Untuk mendalaminya sebagai usaha membangun akhlak, disisi lain harus pula digerakkan dari pemahaman kita mengenai otak, dunia dan akhirat.

Kata OTAK harus diterjemahkan huruf (O) menjadi ORANG sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah swt, sebagai mahkluk yang paling mulia dan oleh karena itu huruf (T) menjadi TAWAKAL untuk menjalankan semua perintah dan hukumnya aku taati, suruhnya aku kerjakan, larangannya aku hentkan dengan segenap kerelaan dalam menjalankan sesuatu yang diterjemahkan dari huruf (A) menjadi AMANAH / AMANAT untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku yang selalu memancarkan dari huruf (K) menjadi KERJA kedalam wujud untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi.

DUNIA, yang termuat dalam surat dan ayat, diantaranya :

S.Q. 2 : 167 “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.

S.Q. 3 : 56 “Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

S.Q. 18 : 46 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

AKHIRAT, yang termuat dalam surat dan ayat diantaranya:

S.Q. 2 : 4 “dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

S.Q. 3 : 56 “Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka membangun akhlak melalui tiga faktor yang telah kita ungkapkan diatas, maka melalui pemahaman itu untuk mengingatkan kita untuk memeriksa usaha-usaha kita dari waktu ke waktu terhadap sikap, gaya, dan perilaku dalam usaha kita untuk meningkatkan kecintaan kepada Allah swt yang nampak dalam pikiran kita seperti :

Menyadari sepenuhnya tentang maut.

Sadar akan kehendak Allah dari kehendak sendiri.

Melaksanakan dzikrullah secara otomatis.

Mengagungkan firman Allah dalam Al Qur’an

Meningkatkan keyakinan dan menyerah diri untuk tujuan ibadah.

Menjalankan ibadah menjadi kebutuhan.

2. PENGARUH AKHLAK DALAM KETELADANAN

Menuju ke suatu perjalanan hidup abadi berarti kita terus menerus belajar dan berjermin dari pemimpin yang yang agung, walaupun berstatus seorang Nabi dan pemimpin, Muhammad saw, adalah manusia sebagaimana manusia lainnya. Beliau duduk dan makan bersama orang banyak. Membagi kesenangan dan duka cita bersama mereka, menolong yang lemah , para janda dan anak yatim dan ikut merasakan penderitaan orang lain.

Dengan pemahaman itu kita menyadari betapa besar pengaruh akhlak dalam keteladanan karena kepribadian terbentuk dengan pemahaman atas dasar aktualisasi dari tindakan yang memperhatikan makna dari setiap kata yang kita ungkapkan sebagai daya dorong, agar kita selalu ingat atas keberadaan di dunia yang sangat menentukan perjalanan hidup yang abadi ini melalui selalu mengingat makna kata-kata yaitu Amanah, Ampunan, Aniaya dan Angkuh. ;Berkata Benar, Berzina, Boros, Benci, Bunuh Diri, Balas Dendam ; Cita-cita, Dengki, dan sebagainya.

Bila setiap kata tersebut diatas kita renungkan dan dihayati makna yang terkandung didalamnya diharapkan menjadi daya dorong dalam memotivasi dalam menemukan diri agar kita selalu ingat arti kehidupan ini. Oleh karena itu semua kata tersebut dapat kita hayati melalui surat-surat dan ayat-ayat didalamnya seperti yang tertuang dalam kitab Al Quran yang kita yakini sebagai ummat Islam.

Dari ungkapan diatas, bahwa membangun kebiasaan moralitas / akhlak menjadi kebutuhan sepanjang hidup yang sejalan dengan usaha-usaha untuk membangun keteladanan menjadi dasar dalam proses kebiasaan yang produktif.

Membangun proses kebiasaan yang produktif itu, bukanlah sesuatu yang susah untuk kita lakukan dalam kehidupan ini, hanya saja kebiasaan itu dimulai dengan meletakkan keinginan atas dasar niat yang terkait “mau melakukan” “apa yang anda yakini dan katakan ? ”bagaimana melakukan ?”

Ketiga pertanyaan tersebut merupakan gerakan-gerakan yang dapat mendorong kebiasaan produktif yang sangat kita perlukan dalam usaha kita mendalami makna kata-kata yang terungkap diatas.

3. AKHLAK KUNCI MEMBANGUN KEBIASAAN KEKUATAN PIKIRAN

Bila kita merenung sejenak untuk memanfaatkan kemampuan kita berpikir dalam menemukan diri menuju ke perjalanan hidup ini, maka kita harus berusaha menemukan tentang diri kita melalui suatu pendekatan yang kita sebut dengan menghayati makna huruf dalam kata sebagai daya dorong untuk membangun diri menuju perjalanan hidup yang abadi.

Dengan membangun kebiasaan yang produktif tersebut, kita menarik satu kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan kita mengenal tentang diri, agar kita mampu dapat menuntun dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang mendidik manusia yang memiliki moral / akhlak.

Oleh karena itu hanya dengan membangun kebiasaan yang produktif, kita mampu mengendalikan pemanfaatan harta, nafsu syahwat dan pangkat duniawi kedalam ruang dan waktu dalam menumbuh kembangkan ke dalam hati agar kita mampu meningkatkan arti kesadaran dalam diri manusia.

Tingkat kesadaran hanya dapat ditingkatkan bila kita menghayati sepenuhnya keinginan ingin tahu yang mendalam makna kata seperti kata AMANAH, AMPUNAN, ANIAYA dan ANGKUH sebagai daya dorong agar kita selalu meyakini bahwa dalam bersikap bergaya dan berperilaku kita selalu diawasi oleh Allah Swt.

Dengan cara begitu pikiran kita akan dibawa ke alam yang penuh keyakinan bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahkluk yang paling mulia disisinya, oleh karena itu kita harus menyadari arti sepenuhnya keberadaan kita di dunia untuk tujuan ahkerat. Hal tersebut hanya dapat dicapai bila kita setiap waktu mampu memanfaatkan kemampuan berpikir dalam usaha untuk mensucikan hati agar kita selalu diingatkan untuk mengetahui diri kita.

Apa yang telah kita ungkapkan diatas merupakan suatu cara untuk selalumengingat tentang diri kita melalui kesadaran kita akan menjawab what to do, dengan kecerdasan kita akan menjawab why to di it, dengan akal kita akan menjawab how to do it, akhirnya kunci dalam kebiasaan pikiran tersebut digerakka oleh niat dan hasrat untuk menjawab when to do it.

Untuk mengungkit kekuatan kebiasaan pikiran itu, maka sebagai ilustrasi, dibawah ini diuraikan sebagai berikut : KATA AMANAH

Untuk menghayati apa yang diajarkan dalam Al Qur’an mengenai kata amanah sebagai salah satu landasan untuk meningkatkan ahklak / moral dalam kehidupan kita, dapat kit baca dalam surat dan ayat dibawah ini :

S.Q.2 : 283 “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

S.Q.33 : 72 “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

S.Q. 8 : 27 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

S.Q. 4 : 58 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Apa yang dapat kita petik dari surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, mengingatkan kepada kita pentingnya kita menghayati makna amanah yang terungkapk didalam surat dan ayat tersebut untuk menjadi sumber penggerak pikiran kita mengenai :

Pentingnya menyadari kesaksian dalam mu’amalah. Segi kezaliman dan kebodohan mansia ialah mau menerima tugas, tetapi tidak melaksanakannya. Larangan berkhianat dan faedah bertakwa. Landasan meletakkan dasar kita berpijak yang terkait dengan aturan. Salah satu sifat yang menjadikan orang-orang mu’mim beruntung. Kewajiban menta’ati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dibawah ini kita mencoba untuk menyadarkan agar kita tunduk seperti yang diperintahkan, tapi yang menjadi persoalan kita, bagaimana caranya agar kita selalu dapat mngingatkan diri ini, agar gerakan berpikir menuju ke satu arah amanah sebagai berikut : “Melaksanakan (a)mal oleh (m)anusia dengan memanfaatkan (a)kal yang sehat dalam proses berpikir agar mampu menahan hawa (n)afsu agar kita mampu menerima (a)jal secara ikhlas setelah kita dipanggil oleh Allah swt maka (h)idup ini perlu kita pertanggung jawabkan”

Dengan mengingat-ingat kata tersebut kita akan berusaha pula untuk mempelajari khasanah ilmu yang dituangkan dalam Al Qur’an yang begitu banyak surat dan ayat yang dapat menuntun kepribadian kita menjadi manusia yang diciptakan oleh Allah swt yang memiliki akhlak. Oleh karena itu, tkad untuk mendidik jiwa, sangat tergantung kepada manusia yang mengerti arti keberadaannya hidup didunia sehingga ia dapat menangkap sebuah peringatan untuk menjauhkan jiwa dari tempat maksiat.

4. KEBIASAAN MERUBAH SIKAP, GAYA DAN PERILAKU

Membangun kebiasaan dalam menggerakkan kekuatan pikiran, bukanlah sesuatu yang gampang dapat begitu saja lahir tanpa kita menyadari arti kehidupan ini. Diatas telah dikemukakan bahwa akhlak sebagai landasan membangun kebiasaan pikiran yang akan menuntun perubahan sikap, gaya, perilaku menjadi pemimpin yang memiliki keteladanan.

Menggerakkan kekuatan pikiran melalui alat pikiran kesadaran, kecerdasan dan akal yang dituntun oleh akhlak yang terus ditumbuh kembangkan untuk perjalanan hidup ini berarti kita meletakkan pondasi yang kuat dalam mengarahkan kekuatan pikiran sehingga dapat berbuah kebiasaan pikiran yang dibangun secara berhati-hati.

Oleh karena itu kekuatan pikiran sebagai daya dorong dalam usaha memotivasi diri, sehingga setiap peran yang dijalankan seseorang, maka ia harus meyakini mengenai Manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan sehingga ia membangun kebiasaan yang dapat mewujudkan arti keberadaannya di dunia.

Aktualisasi visi dalam hidup ini, kita tuangkan dalam membangun kebiasan-kebiasaan kedalam tindakan yang divokuskan menjadi usaha yang berkelanjutan yaitu :

FOKUS DALAM MELAKSANAKAN PARADIGMA BARU :

Kebiasaan membangun profesionalisme

Kebiasaan membangun kreatif dan inofasi

Kebiasaan membangun antisipatif

FOKUS DALAM PENGLOLAAN :

Kebiasaan membangun perencanaan

Kebiasaan membangun budaya berorganisasi

Kebiasaan membangun perubahan berencana.

FOKUS DALAM MEWUJUDKAN KESUKSESAN :

Kebiasaan membangun ketidakpastian

Kebiasaan membangun kemiteraan

Kebiasaan membangun pemecahan masalah psikologis

Kesembilan kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang akan menopang keberhasilan yang mampu mempengaruhi sikap, gaya dan perilaku, karena bila seseorang dapat memahami dan memiliki kompetensi untuk melakukan kebiasaan tersebut, berarti keberhasilan itu dicapai melalui kekuatan berpikir, bekerja dan belajar.

Ketiga unsur tersebut merupakan media untuk membangun akhlak yang dapat kita pelajari dan dikembangkan atas keyakinan dan kepercayaan diri sebagai suatu kebiasaan yang menuntun dari waktu ke waktu dalam perubahan sikap, gaya dan perilaku baik tindakan maupun ucapan

Nampaknya mudah diungkapkan proses pemikiran diatas, tetapi yang menjadi masalah terletak pada diri kita sendiri, apakah kita mampu untuk menghayati perubahan pola pikir itu. Seperti halnya mengapa Bangsa Indonesia ini tidak bisa keluar dari himpitan gelombang kemiskinan yang terus di uji oleh Allah swt, sedangkan Negara kita terkenal dengan sumber kaya alamnya yang di anugerahkan oleh sang penciptanya.

Itulah kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Jawabannya terletak pelaku dalam kepemimpinan pada seluruh aspek kehidupan yang tidak mau berubah dalam menjalankan perannya dimana sikap, gaya dan perilaku tidak sejalan dengan ucapan dan perbuatannya.

Mengapa kehidupan ini bisa terjadi karena Pemimpin dan bangsanya tidak mau berubah secara radikal dalam pola berpikir karena mereka telah terbelenggu dalam kesadaran indrawi, sehingga pandangan hidup dan mati bagi mereka tidak mampu membuka cahaya mata hatinya dalam membangun kebiasaan untuk menarik hihmak berpikir.

Pandangan itulah yang mendorong bahwa kadar iman dan amal manusia dalam kehidupan beragama dimana manusia mengungkapkan keyakinan dan kepercayaan yang terkait dalam kehidupan ini kedalam bentuk pemahaman siapa, darimana dan kemana manusia.

Dengan pikiran itu pula memotivasi manusia untuk melakukan apa-apa dalam pembicaraan, perbuatan dan kebiasaan akan menunjukkan kepribadian manusia. Kepribadian itu bisa tumbuh dan berkembang sejalan dengan pemahaman yang bersangkutan untuk berusaha terus meningkatkan kedewasaan dalam memanfaatkan kekuatan pikiran untuk merubah sikap, gaya dan perilaku dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu dalam memandang masalah hidup dan mati juga terkait dengan pemahaman kita mengenai harapan dan ketakutan kepada Allah Swt., sehingga perlu kita mendalaminya seperti uraian kata hidup dan mati yang termuat dalam ajaran Al Qur’an yang perlu kita hayati.

Hakekat HIDUP dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya dengan memahami kata hidup menjadi kata yang bermakna yang kita sebut dengan (H)IJRAH, (I)NSYAF, (D)URHAKA, (U)SAHA, (P)AHALA. Bila kita susun kata tersebut kedalam kalimat yang bermakna, dapat kita rumuskan menjadi :

Jadi hakekat HIDUP dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya akan selalu (H)ijrah dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyafdalam menebus dosa dengan bertaubat sebagai manusia yang seutuhnya menuju kesucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka sehingga diperlukan membangun kebiasaan yang produktif kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang dianugerahkan oleh Allah swt.

Sedangkan hakekat MATI bagi manusia pasti ada karena kematian kembali ke asal manusia diciptakanNYA, sehingga bila dari setiap kita merenung makna kata yang bermakna yaitu (M)ALAIKAT, (A)JAL, (T)AKDIR, (I)STIRAHAT. Makna kata tersebut dapat kita rumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna dari kata-kata tersebut sbb. :

Jadi hakekat MATI dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya akan selalu mengingat pada rukun iman kedua tentang (M)alaikat yang akan mengingatkan kepada tugasnya dan kita tidak akan tahudengan akan datang (A)jal yang akan diputuskan oleh Tuhan dan kita iman pada rukun keenam sebagai (T)akdir dari perjalanan hidup ini ke tempat (I)stirahat setelah kita mati apakah berada dalam surga dan atau neraka.

Dengan mengungkapkan kekuatan pikiran dari kata HIDUP dan MATI tersebut dapat menggugah pemahaman kita mengenai siapa, darimana dan kemana manusia itu, sehinggamenggerakkan dalam membangun kebiasaan merupakan usaha menuju perjalanan hidup yang abadi.

5. KESIMPULAN

Membangun akhlak / moral adalah suatu kebutuhan untuk meletakkan landasan yang kuat dalam membangun keteladanan dalam bersikap, bergaya dan berperiku.

Usaha membangun kebiasaan yang produktif, maka kekuatan pikiran dapat kita gerakkan dalam membangun sepuluh kebiasaan secara fokus dengan berlandaskan usahausaha untuk merubah sikap, gaya dan perilaku dari waktu ke waktu sehingga “Manusia Al Qur’an” dalam abad 21 ini menjadi manusia yang penuh menghadapi tantangan di tengah alam wujud yang tampak atau tersembunyi.

Dengan dasar pemikiran diatas, maka fokus membangun akhlak sebagai pondasi untuk mengungkit kekuatan pikiran dalam usaha membangun 9 (sembilan) kebiasaan lainnya yang sangat kita butuhkan dalam pemikiran untuk membangun kebiasaan yang produktif melalui pemahaman mengenai aspek otak, hidup dan akhirat.

Ketiga faktor tersebut haruslah kita pandang sebagai suatu konsep “Manusia Al Qur’an” yang diyakininya sebagai suatu pendekatan untuk mengungkit kekuatan pikiran melalui alat pikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal dalam menghadapi atas gelombang perubahan yang maha dahsyat itu dalam abad 21 yang harus kita hadapi dan dengan kemampuan kekuatan pikiran kita menyesiati untuk kita bisa tumbuh dan berkembang yang sejalan dengan arah persfektif yang kita harapkan.
Selengkapnya...

Membangun Kebiasaan Yang Produktif

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. KEBIASAAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan yang produktif adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan pikiran dalam usaha-usaha mewujudkan peningkatan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual secara berkelanjutan dalam rangka mewujudkan identitas dan siklus hidup manusia dalam mencari artihidup ini dan mengkomunikasikannya hasil guna, daya guna dan kualitas yang dicapai kepada orang lain secara prakmatis.

Membangun kebiasaan yang produktif, terbentang dalam pikiran kita apa-apa yang telah kita alami seperti halnya kita merenungkan pertanyaan yang dibawah ini :

Apakah orang memandang diri saya sebagai orang yang dapat dipercaya ? Apakah orang lain mengamati perilaku saya sehingga ia dapat menyimpulkan kepribadian saya memiliki intergritas ? Apakah orang lain dapat menyimpulkan bahwa apakah saya termasuk orang yang dapat dipercaya ? Dsb.


Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas, maka dalam mengungkapkan kebiasaan yang produktif dapat kita ungkapkan dalam tiga dimensi yaitu fokus pada kebiasaan yang produktif dengan faktor ilmu pengetahuan (D.1) ; keterampilan (D.2) ; keinginan (D.3)

2. KEINGINAN YANG BERLANDASKAN NIAT :

Keinginan dalam demensi kebiasaan, merupakan penggerak bagi pemimpin dalam mewujudkan efektivitas pribadi positip. Kepemimpinan yang dapat menyatukan kebersamaan dalam keinginan berarti ia mampu bersikap sebagai komunikator dan percaya diri untuk mengungkapakan apa, mengapa, bilamana, siapa, dimana untuk mau melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan yang berlandaskan niat.

Keinginan akan menjadi motivasi, bila keinginan itu sendiri memiliki sifat dalam keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi. Faktor persamaan pandangan atas keseimbangan sangat menentukan suatu keinginan dapat terjadi untuk diaktualisasikan sebagaimana mestinya.

Keinginan menjadi suatu kenyataan atau terwujud, diperlukan sebagai suatu proses dalam mentranformasikan dari daya guna menjadi hasil guna dan berkualitas sesuai dengan harapan-harapan yang ditetapkan bersama. Bila proses itu merupakan suatu keinginan yang sepihak, maka sudah dapat dipastikan sikap dan perilaku tidak akan sejalan dengan harapan dalam perbuatan.

Keinginan yang kuat haruslah dilandaskan kepada niat sehingga dapat diwujudkan kebiasaan yang produktif yang mencakup :

Kita meyakini bahwa kesuksesan terletak kepada masalah ikhtiar dan pertolongan Allah Swt. ; Kita meyakini dalam bersikap dan berperilaku menekankan sesuatu yang positip. ;Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang kuat untuk menjaga kesucian hati. ; Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang kuat untuk menjadi orang yang berpandangan optimis. ; Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang berpijak kepada realita. ; Kita meyakini bahwa pentingnya belajar dari kesuksesan orang lain. ; Kita meyakni bahwa pentingnya belajar dari kegagalan diri sendiri.

3. ILMU PENGETAHUAN BERSUMBER DAR INFORMASI :

Pengetahuan dalam demensi kebiasaan merupakan faktor penggerak bagi pemimpin dalam usaha untuk mewujudkan efektivitas pribadi positip. Pemimpim dengan kepemimpinan yang memiliki pengetahuan dalam kualitas kedewasaan intelektual akan mampu untuk memberikan jawaban terhadap keinginan melalui proses pengetahuan tentang apa, mengapa, bilamana, siapa, dimana.

Dengan seperangkat pengetahuan, kepemimpinan memiliki kebiasaan yang efektif sebagai suatu proses untuk mengelola masa kini dan mewujudkan masa depan. Dengan pengetahuan ia mampu memaksimumkan otak atas (kiri dan kanan) dan otak bawah yang berjalan seimbang untuk menumbuhkan percaya diri sebagai sumber sukses dan mandiri.

Menanggapi dilema dengan ketidakpastian dalam memasuki melinium ketiga (1-1-2001), maka pengetahuan yang akan menuntun kepemimpinan dalam mewujudkan ketidakpastian berhasil. Jadi dengan pengetahuan pula, kepemimpinan mampu mempersiapkan masa depan yang lebih baik dari masa kini, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan manajerial, informasi, teknik, dan organisasi baik ditempuh secara formal dan non-formal.

4. KETERAMPILAN BERLANDASKAN PNGALAMAN :

Dengan keterampilan akan menunjukkan bagaimana melakukannya untuk mampu mengelola masa kini dan masa depan sangat ditentukan oleh efektivitas pribadi. Dengan meningkatkan keterampilan dalam kualitas intelektual secara berkelanjutan akan menuntun aktualisasi dengan sikap mental positip.

Dengan keterampilan pula akan menentukan sukses dan kemandirian. Dengan kata lain, maka keterampilan pula akan membuat ketidakpastian berhasil. Oleh karena itu, dalam proses aktualisasidari efektivitas pribadi, makaketerampilan harus sejalan dengan budaya perusahaan yang kuat, sehingga akan terwujud kepemimpinan dengan pribadi yang disenangi menjadi suatu kenyataan, sekaligus mengandung makna bahwa mengelola pada masa-masa yang tidak menentu dibutuhkan adanya keterampilan yang tinggi, khususnya keterampilan yang dapat menunjang sukses dan kemandirian melalui proses pemanfaatan teknologi informasi yang terus berkembang.

Jadi kepemimpinan dalam mempersiapkan masa depan yang cerah, tidak dapat dielakkan dari teknologi informasi. Teknologi informasi sangat membantu efektivitas keterampilan dengan memakai komputer mempercepat proses berpikir untuk memanfaatkan otak atas kiri yang berfungsi a.l. logis, analitis, fakta, bahasa, matematika.

Dengan demikian meningkatkan keterampilan berarti kecakapan menyelesaikan tugas dapat diwujudkan dengan berpegang kepada tantangan yang kita hadapi dalam abad 21 ini disatu sisi dan disisi lain kita dihadapkan dengan lahirnya paradugma baru. Berpegang kepada tantangan dan paradigma dalam abad ini berarti kita harus secara berkelanjutan mengembangkan keterampilan baik yang kita dapatkan dari penglaman kita sendiri dan atau dari pengalaman orang lain yang menunjukkan kepada kita mengenai hal-hal yang kita sebutkan sebagai prinsip-prinsip yang kita pahami dengan baik yaitu kolaborasi ; komitmen ; komunikasi ; kreativitas individu ; krativitas kelompok ; inovasi organisasi ; analisa masa depan ; merespon antisipatif ; proses keputusan.

5. KESIMPULAN

Membangun kebiasaan yang produktif merupakan bagian yang tidak terlepas dari usaha-usaha untuk meningkatkan kepemimpinan yang produktif karena kunci kesuksesan kepemimpinan dalam menjalankan peran sangat pula ditentukan oleh terbentuknya suatu pola yang harus diyakini dengan terbentuknya pribadi yang produktif

Dengan pribadi yang produktif diharapkan seorang pemimpin dapat lebih leluasa menjalankan peran mempengaruhi dalam bersikap, bergaya dan berperilaku terhadap orang lain. Sebaliknya orang lain merasakan dampak positip yang diterimanya.

Oleh karena itu membangun kebiasaan yang produktif hanya menjadi nyata sebagai pola hidup untuk selalu siap mengikuti perubahan yang terjadi. Dengan demikian diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan sadar akan pentingnya pemahaman yang terkait dalam keinginan, pengetahuan dan keterampilan.

Jadi keinginan, pengetahuan dan keterampilan merupakan tonggak yang harus ditopang dalam pikiran yang berkelanjutan, tanpa itu tidak mungkin kepemimpinan mampu menghadapi gelombang perubahan yang akan terus ada dalam kehidupan ini sehingga diperlukan usaha mempengaruhi kekuatan pikiran internal.

Kekuatan pikiran harus dibangun menjadi menjadi penggerak dalam membangun kebiasaan yang produktif agar setiap kata-kata kunci dalam kehidupan ini dapat diaktualisasikan sebagaimana mestinya.

Tanpa kepercayaan dan keyakinan, maka kita tidak mampu untuk mencapai makna arti keberadaan kita. Dengan demikian bahwa arti keberadaan kita haruslah dipahami menjadi suatu kebiasaan dalam hidup untuk menjawab tantangan disatu sisi dan disisi lain kita harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan paradigma baru. Jadi dengan mengungkit masalah itu dalam kekuatan pikiran berarti kita mampu menjalankan prinsip-prinsip yang kita yakini dan percaya itu dapat menuntun kita dalam bersikap, bergaya dan berperilaku.
Selengkapnya...