Monday, August 17, 2009

Fokus Membangun Akhlak

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PEMAHAMAN AKHLAK DALAM TIGA DIMENSI

Fokus akhlak dalam tiga dimensi yaitu terdapat faktor yang kita sebutkan dengan Otak (D.1) ; Dunia (D.2) ; Akhirat D.3)

Membangun keteladanan, bukanlah sesuatu yang sulit untuk dihayati dan dilaksanakan, hanya saja mampukah kita merubah sikap, gaya dan perilaku yang sejalan dengan tuntutan untuk membangun akhlak. Bila hal tersebut dapat diyakini berarti ada niat untuk membangkitkan cahaya hati anda dalam menempuh perjalanan hidup untuk dunia dan akherat melalui peningkatan kedewasaan kecintaan anda kepada Allah swt dengan memanfaatkan “otak”.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka membangun akhlak adalah landasan seperti yang telah kita kemukakan pada bagian terdahulu, oleh karena itu membangun akhlak merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan pemahaman kita bahwa kita akan ingat dimana maut pasti datang sehingga kita perlu menyiapkan diri dengan melihat masa umur kita, maka disitulah arti penting AKHLAK. Membangun akhlakakan terkait dengan tiga faktor yang kita sebut dengan “OTAK, DUNIA dan AKHERAT”

Untuk membangun AKHLAK, marilah kita mencoba memulainya dari sudut pemahaman yang bertolak dari landasan yang diajarkan dalam Al Qur’an bagi yang beragama Islam, dengat surat dan ayat yang kita utarakan dibawh ini :


S.Q. 7 : 199 “Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.

S.Q. 7 : 200 “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

S.Q. 7 : 201 “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.

S.Q. 2 : 109 “Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

S.Q. 3 : 134 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

S.Q. 3 : 159 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

S.Q. 4 : 149 “Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema`af lagi Maha Kuasa.

S.Q. 5 : 13 “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Dengan membaca dan kita renungkan dari surat dan ayat tersebut, maka diharapkan dapat membangkitkan cahaya hati kita. Untuk mendalaminya sebagai usaha membangun akhlak, disisi lain harus pula digerakkan dari pemahaman kita mengenai otak, dunia dan akhirat.

Kata OTAK harus diterjemahkan huruf (O) menjadi ORANG sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah swt, sebagai mahkluk yang paling mulia dan oleh karena itu huruf (T) menjadi TAWAKAL untuk menjalankan semua perintah dan hukumnya aku taati, suruhnya aku kerjakan, larangannya aku hentkan dengan segenap kerelaan dalam menjalankan sesuatu yang diterjemahkan dari huruf (A) menjadi AMANAH / AMANAT untuk menuntun dalam bersikap dan berperilaku yang selalu memancarkan dari huruf (K) menjadi KERJA kedalam wujud untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi.

DUNIA, yang termuat dalam surat dan ayat, diantaranya :

S.Q. 2 : 167 “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.

S.Q. 3 : 56 “Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

S.Q. 18 : 46 “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

AKHIRAT, yang termuat dalam surat dan ayat diantaranya:

S.Q. 2 : 4 “dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

S.Q. 3 : 56 “Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka membangun akhlak melalui tiga faktor yang telah kita ungkapkan diatas, maka melalui pemahaman itu untuk mengingatkan kita untuk memeriksa usaha-usaha kita dari waktu ke waktu terhadap sikap, gaya, dan perilaku dalam usaha kita untuk meningkatkan kecintaan kepada Allah swt yang nampak dalam pikiran kita seperti :

Menyadari sepenuhnya tentang maut.

Sadar akan kehendak Allah dari kehendak sendiri.

Melaksanakan dzikrullah secara otomatis.

Mengagungkan firman Allah dalam Al Qur’an

Meningkatkan keyakinan dan menyerah diri untuk tujuan ibadah.

Menjalankan ibadah menjadi kebutuhan.

2. PENGARUH AKHLAK DALAM KETELADANAN

Menuju ke suatu perjalanan hidup abadi berarti kita terus menerus belajar dan berjermin dari pemimpin yang yang agung, walaupun berstatus seorang Nabi dan pemimpin, Muhammad saw, adalah manusia sebagaimana manusia lainnya. Beliau duduk dan makan bersama orang banyak. Membagi kesenangan dan duka cita bersama mereka, menolong yang lemah , para janda dan anak yatim dan ikut merasakan penderitaan orang lain.

Dengan pemahaman itu kita menyadari betapa besar pengaruh akhlak dalam keteladanan karena kepribadian terbentuk dengan pemahaman atas dasar aktualisasi dari tindakan yang memperhatikan makna dari setiap kata yang kita ungkapkan sebagai daya dorong, agar kita selalu ingat atas keberadaan di dunia yang sangat menentukan perjalanan hidup yang abadi ini melalui selalu mengingat makna kata-kata yaitu Amanah, Ampunan, Aniaya dan Angkuh. ;Berkata Benar, Berzina, Boros, Benci, Bunuh Diri, Balas Dendam ; Cita-cita, Dengki, dan sebagainya.

Bila setiap kata tersebut diatas kita renungkan dan dihayati makna yang terkandung didalamnya diharapkan menjadi daya dorong dalam memotivasi dalam menemukan diri agar kita selalu ingat arti kehidupan ini. Oleh karena itu semua kata tersebut dapat kita hayati melalui surat-surat dan ayat-ayat didalamnya seperti yang tertuang dalam kitab Al Quran yang kita yakini sebagai ummat Islam.

Dari ungkapan diatas, bahwa membangun kebiasaan moralitas / akhlak menjadi kebutuhan sepanjang hidup yang sejalan dengan usaha-usaha untuk membangun keteladanan menjadi dasar dalam proses kebiasaan yang produktif.

Membangun proses kebiasaan yang produktif itu, bukanlah sesuatu yang susah untuk kita lakukan dalam kehidupan ini, hanya saja kebiasaan itu dimulai dengan meletakkan keinginan atas dasar niat yang terkait “mau melakukan” “apa yang anda yakini dan katakan ? ”bagaimana melakukan ?”

Ketiga pertanyaan tersebut merupakan gerakan-gerakan yang dapat mendorong kebiasaan produktif yang sangat kita perlukan dalam usaha kita mendalami makna kata-kata yang terungkap diatas.

3. AKHLAK KUNCI MEMBANGUN KEBIASAAN KEKUATAN PIKIRAN

Bila kita merenung sejenak untuk memanfaatkan kemampuan kita berpikir dalam menemukan diri menuju ke perjalanan hidup ini, maka kita harus berusaha menemukan tentang diri kita melalui suatu pendekatan yang kita sebut dengan menghayati makna huruf dalam kata sebagai daya dorong untuk membangun diri menuju perjalanan hidup yang abadi.

Dengan membangun kebiasaan yang produktif tersebut, kita menarik satu kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan kita mengenal tentang diri, agar kita mampu dapat menuntun dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang mendidik manusia yang memiliki moral / akhlak.

Oleh karena itu hanya dengan membangun kebiasaan yang produktif, kita mampu mengendalikan pemanfaatan harta, nafsu syahwat dan pangkat duniawi kedalam ruang dan waktu dalam menumbuh kembangkan ke dalam hati agar kita mampu meningkatkan arti kesadaran dalam diri manusia.

Tingkat kesadaran hanya dapat ditingkatkan bila kita menghayati sepenuhnya keinginan ingin tahu yang mendalam makna kata seperti kata AMANAH, AMPUNAN, ANIAYA dan ANGKUH sebagai daya dorong agar kita selalu meyakini bahwa dalam bersikap bergaya dan berperilaku kita selalu diawasi oleh Allah Swt.

Dengan cara begitu pikiran kita akan dibawa ke alam yang penuh keyakinan bahwa kita diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahkluk yang paling mulia disisinya, oleh karena itu kita harus menyadari arti sepenuhnya keberadaan kita di dunia untuk tujuan ahkerat. Hal tersebut hanya dapat dicapai bila kita setiap waktu mampu memanfaatkan kemampuan berpikir dalam usaha untuk mensucikan hati agar kita selalu diingatkan untuk mengetahui diri kita.

Apa yang telah kita ungkapkan diatas merupakan suatu cara untuk selalumengingat tentang diri kita melalui kesadaran kita akan menjawab what to do, dengan kecerdasan kita akan menjawab why to di it, dengan akal kita akan menjawab how to do it, akhirnya kunci dalam kebiasaan pikiran tersebut digerakka oleh niat dan hasrat untuk menjawab when to do it.

Untuk mengungkit kekuatan kebiasaan pikiran itu, maka sebagai ilustrasi, dibawah ini diuraikan sebagai berikut : KATA AMANAH

Untuk menghayati apa yang diajarkan dalam Al Qur’an mengenai kata amanah sebagai salah satu landasan untuk meningkatkan ahklak / moral dalam kehidupan kita, dapat kit baca dalam surat dan ayat dibawah ini :

S.Q.2 : 283 “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu`amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

S.Q.33 : 72 “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

S.Q. 8 : 27 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

S.Q. 4 : 58 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Apa yang dapat kita petik dari surat dan ayat yang kita ungkapkan diatas, mengingatkan kepada kita pentingnya kita menghayati makna amanah yang terungkapk didalam surat dan ayat tersebut untuk menjadi sumber penggerak pikiran kita mengenai :

Pentingnya menyadari kesaksian dalam mu’amalah. Segi kezaliman dan kebodohan mansia ialah mau menerima tugas, tetapi tidak melaksanakannya. Larangan berkhianat dan faedah bertakwa. Landasan meletakkan dasar kita berpijak yang terkait dengan aturan. Salah satu sifat yang menjadikan orang-orang mu’mim beruntung. Kewajiban menta’ati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka dibawah ini kita mencoba untuk menyadarkan agar kita tunduk seperti yang diperintahkan, tapi yang menjadi persoalan kita, bagaimana caranya agar kita selalu dapat mngingatkan diri ini, agar gerakan berpikir menuju ke satu arah amanah sebagai berikut : “Melaksanakan (a)mal oleh (m)anusia dengan memanfaatkan (a)kal yang sehat dalam proses berpikir agar mampu menahan hawa (n)afsu agar kita mampu menerima (a)jal secara ikhlas setelah kita dipanggil oleh Allah swt maka (h)idup ini perlu kita pertanggung jawabkan”

Dengan mengingat-ingat kata tersebut kita akan berusaha pula untuk mempelajari khasanah ilmu yang dituangkan dalam Al Qur’an yang begitu banyak surat dan ayat yang dapat menuntun kepribadian kita menjadi manusia yang diciptakan oleh Allah swt yang memiliki akhlak. Oleh karena itu, tkad untuk mendidik jiwa, sangat tergantung kepada manusia yang mengerti arti keberadaannya hidup didunia sehingga ia dapat menangkap sebuah peringatan untuk menjauhkan jiwa dari tempat maksiat.

4. KEBIASAAN MERUBAH SIKAP, GAYA DAN PERILAKU

Membangun kebiasaan dalam menggerakkan kekuatan pikiran, bukanlah sesuatu yang gampang dapat begitu saja lahir tanpa kita menyadari arti kehidupan ini. Diatas telah dikemukakan bahwa akhlak sebagai landasan membangun kebiasaan pikiran yang akan menuntun perubahan sikap, gaya, perilaku menjadi pemimpin yang memiliki keteladanan.

Menggerakkan kekuatan pikiran melalui alat pikiran kesadaran, kecerdasan dan akal yang dituntun oleh akhlak yang terus ditumbuh kembangkan untuk perjalanan hidup ini berarti kita meletakkan pondasi yang kuat dalam mengarahkan kekuatan pikiran sehingga dapat berbuah kebiasaan pikiran yang dibangun secara berhati-hati.

Oleh karena itu kekuatan pikiran sebagai daya dorong dalam usaha memotivasi diri, sehingga setiap peran yang dijalankan seseorang, maka ia harus meyakini mengenai Manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan sehingga ia membangun kebiasaan yang dapat mewujudkan arti keberadaannya di dunia.

Aktualisasi visi dalam hidup ini, kita tuangkan dalam membangun kebiasan-kebiasaan kedalam tindakan yang divokuskan menjadi usaha yang berkelanjutan yaitu :

FOKUS DALAM MELAKSANAKAN PARADIGMA BARU :

Kebiasaan membangun profesionalisme

Kebiasaan membangun kreatif dan inofasi

Kebiasaan membangun antisipatif

FOKUS DALAM PENGLOLAAN :

Kebiasaan membangun perencanaan

Kebiasaan membangun budaya berorganisasi

Kebiasaan membangun perubahan berencana.

FOKUS DALAM MEWUJUDKAN KESUKSESAN :

Kebiasaan membangun ketidakpastian

Kebiasaan membangun kemiteraan

Kebiasaan membangun pemecahan masalah psikologis

Kesembilan kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang akan menopang keberhasilan yang mampu mempengaruhi sikap, gaya dan perilaku, karena bila seseorang dapat memahami dan memiliki kompetensi untuk melakukan kebiasaan tersebut, berarti keberhasilan itu dicapai melalui kekuatan berpikir, bekerja dan belajar.

Ketiga unsur tersebut merupakan media untuk membangun akhlak yang dapat kita pelajari dan dikembangkan atas keyakinan dan kepercayaan diri sebagai suatu kebiasaan yang menuntun dari waktu ke waktu dalam perubahan sikap, gaya dan perilaku baik tindakan maupun ucapan

Nampaknya mudah diungkapkan proses pemikiran diatas, tetapi yang menjadi masalah terletak pada diri kita sendiri, apakah kita mampu untuk menghayati perubahan pola pikir itu. Seperti halnya mengapa Bangsa Indonesia ini tidak bisa keluar dari himpitan gelombang kemiskinan yang terus di uji oleh Allah swt, sedangkan Negara kita terkenal dengan sumber kaya alamnya yang di anugerahkan oleh sang penciptanya.

Itulah kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Jawabannya terletak pelaku dalam kepemimpinan pada seluruh aspek kehidupan yang tidak mau berubah dalam menjalankan perannya dimana sikap, gaya dan perilaku tidak sejalan dengan ucapan dan perbuatannya.

Mengapa kehidupan ini bisa terjadi karena Pemimpin dan bangsanya tidak mau berubah secara radikal dalam pola berpikir karena mereka telah terbelenggu dalam kesadaran indrawi, sehingga pandangan hidup dan mati bagi mereka tidak mampu membuka cahaya mata hatinya dalam membangun kebiasaan untuk menarik hihmak berpikir.

Pandangan itulah yang mendorong bahwa kadar iman dan amal manusia dalam kehidupan beragama dimana manusia mengungkapkan keyakinan dan kepercayaan yang terkait dalam kehidupan ini kedalam bentuk pemahaman siapa, darimana dan kemana manusia.

Dengan pikiran itu pula memotivasi manusia untuk melakukan apa-apa dalam pembicaraan, perbuatan dan kebiasaan akan menunjukkan kepribadian manusia. Kepribadian itu bisa tumbuh dan berkembang sejalan dengan pemahaman yang bersangkutan untuk berusaha terus meningkatkan kedewasaan dalam memanfaatkan kekuatan pikiran untuk merubah sikap, gaya dan perilaku dalam kehidupan ini.

Oleh karena itu dalam memandang masalah hidup dan mati juga terkait dengan pemahaman kita mengenai harapan dan ketakutan kepada Allah Swt., sehingga perlu kita mendalaminya seperti uraian kata hidup dan mati yang termuat dalam ajaran Al Qur’an yang perlu kita hayati.

Hakekat HIDUP dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya dengan memahami kata hidup menjadi kata yang bermakna yang kita sebut dengan (H)IJRAH, (I)NSYAF, (D)URHAKA, (U)SAHA, (P)AHALA. Bila kita susun kata tersebut kedalam kalimat yang bermakna, dapat kita rumuskan menjadi :

Jadi hakekat HIDUP dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya akan selalu (H)ijrah dari perbuatan yang salah menuju ke jalan yang benar sesuai dengan aturan dan perintahNYA, maka manusia berusaha menghayati arti hidup dengan (I)nsyafdalam menebus dosa dengan bertaubat sebagai manusia yang seutuhnya menuju kesucian hati untuk tidak termasuk golongan orang (D)urhaka sehingga diperlukan membangun kebiasaan yang produktif kedalam (U)saha untuk mewujudkan (P)ahala yang dianugerahkan oleh Allah swt.

Sedangkan hakekat MATI bagi manusia pasti ada karena kematian kembali ke asal manusia diciptakanNYA, sehingga bila dari setiap kita merenung makna kata yang bermakna yaitu (M)ALAIKAT, (A)JAL, (T)AKDIR, (I)STIRAHAT. Makna kata tersebut dapat kita rumuskan menjadi untaian kalimat yang bermakna dari kata-kata tersebut sbb. :

Jadi hakekat MATI dapat kita rumuskan menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya akan selalu mengingat pada rukun iman kedua tentang (M)alaikat yang akan mengingatkan kepada tugasnya dan kita tidak akan tahudengan akan datang (A)jal yang akan diputuskan oleh Tuhan dan kita iman pada rukun keenam sebagai (T)akdir dari perjalanan hidup ini ke tempat (I)stirahat setelah kita mati apakah berada dalam surga dan atau neraka.

Dengan mengungkapkan kekuatan pikiran dari kata HIDUP dan MATI tersebut dapat menggugah pemahaman kita mengenai siapa, darimana dan kemana manusia itu, sehinggamenggerakkan dalam membangun kebiasaan merupakan usaha menuju perjalanan hidup yang abadi.

5. KESIMPULAN

Membangun akhlak / moral adalah suatu kebutuhan untuk meletakkan landasan yang kuat dalam membangun keteladanan dalam bersikap, bergaya dan berperiku.

Usaha membangun kebiasaan yang produktif, maka kekuatan pikiran dapat kita gerakkan dalam membangun sepuluh kebiasaan secara fokus dengan berlandaskan usahausaha untuk merubah sikap, gaya dan perilaku dari waktu ke waktu sehingga “Manusia Al Qur’an” dalam abad 21 ini menjadi manusia yang penuh menghadapi tantangan di tengah alam wujud yang tampak atau tersembunyi.

Dengan dasar pemikiran diatas, maka fokus membangun akhlak sebagai pondasi untuk mengungkit kekuatan pikiran dalam usaha membangun 9 (sembilan) kebiasaan lainnya yang sangat kita butuhkan dalam pemikiran untuk membangun kebiasaan yang produktif melalui pemahaman mengenai aspek otak, hidup dan akhirat.

Ketiga faktor tersebut haruslah kita pandang sebagai suatu konsep “Manusia Al Qur’an” yang diyakininya sebagai suatu pendekatan untuk mengungkit kekuatan pikiran melalui alat pikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal dalam menghadapi atas gelombang perubahan yang maha dahsyat itu dalam abad 21 yang harus kita hadapi dan dengan kemampuan kekuatan pikiran kita menyesiati untuk kita bisa tumbuh dan berkembang yang sejalan dengan arah persfektif yang kita harapkan.

No comments:

Post a Comment