Monday, August 17, 2009

Membangun Kebiasaan Yang Produktif

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. KEBIASAAN YANG PRODUKTIF

Kebiasaan yang produktif adalah kemampuan memanfaatkan kekuatan pikiran dalam usaha-usaha mewujudkan peningkatan kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual secara berkelanjutan dalam rangka mewujudkan identitas dan siklus hidup manusia dalam mencari artihidup ini dan mengkomunikasikannya hasil guna, daya guna dan kualitas yang dicapai kepada orang lain secara prakmatis.

Membangun kebiasaan yang produktif, terbentang dalam pikiran kita apa-apa yang telah kita alami seperti halnya kita merenungkan pertanyaan yang dibawah ini :

Apakah orang memandang diri saya sebagai orang yang dapat dipercaya ? Apakah orang lain mengamati perilaku saya sehingga ia dapat menyimpulkan kepribadian saya memiliki intergritas ? Apakah orang lain dapat menyimpulkan bahwa apakah saya termasuk orang yang dapat dipercaya ? Dsb.


Sejalan dengan pemikiran tersebut diatas, maka dalam mengungkapkan kebiasaan yang produktif dapat kita ungkapkan dalam tiga dimensi yaitu fokus pada kebiasaan yang produktif dengan faktor ilmu pengetahuan (D.1) ; keterampilan (D.2) ; keinginan (D.3)

2. KEINGINAN YANG BERLANDASKAN NIAT :

Keinginan dalam demensi kebiasaan, merupakan penggerak bagi pemimpin dalam mewujudkan efektivitas pribadi positip. Kepemimpinan yang dapat menyatukan kebersamaan dalam keinginan berarti ia mampu bersikap sebagai komunikator dan percaya diri untuk mengungkapakan apa, mengapa, bilamana, siapa, dimana untuk mau melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan yang berlandaskan niat.

Keinginan akan menjadi motivasi, bila keinginan itu sendiri memiliki sifat dalam keseimbangan kepentingan individu, kelompok dan organisasi. Faktor persamaan pandangan atas keseimbangan sangat menentukan suatu keinginan dapat terjadi untuk diaktualisasikan sebagaimana mestinya.

Keinginan menjadi suatu kenyataan atau terwujud, diperlukan sebagai suatu proses dalam mentranformasikan dari daya guna menjadi hasil guna dan berkualitas sesuai dengan harapan-harapan yang ditetapkan bersama. Bila proses itu merupakan suatu keinginan yang sepihak, maka sudah dapat dipastikan sikap dan perilaku tidak akan sejalan dengan harapan dalam perbuatan.

Keinginan yang kuat haruslah dilandaskan kepada niat sehingga dapat diwujudkan kebiasaan yang produktif yang mencakup :

Kita meyakini bahwa kesuksesan terletak kepada masalah ikhtiar dan pertolongan Allah Swt. ; Kita meyakini dalam bersikap dan berperilaku menekankan sesuatu yang positip. ;Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang kuat untuk menjaga kesucian hati. ; Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang kuat untuk menjadi orang yang berpandangan optimis. ; Kita meyakini bahwa pentingnya meletakkan landasan yang berpijak kepada realita. ; Kita meyakini bahwa pentingnya belajar dari kesuksesan orang lain. ; Kita meyakni bahwa pentingnya belajar dari kegagalan diri sendiri.

3. ILMU PENGETAHUAN BERSUMBER DAR INFORMASI :

Pengetahuan dalam demensi kebiasaan merupakan faktor penggerak bagi pemimpin dalam usaha untuk mewujudkan efektivitas pribadi positip. Pemimpim dengan kepemimpinan yang memiliki pengetahuan dalam kualitas kedewasaan intelektual akan mampu untuk memberikan jawaban terhadap keinginan melalui proses pengetahuan tentang apa, mengapa, bilamana, siapa, dimana.

Dengan seperangkat pengetahuan, kepemimpinan memiliki kebiasaan yang efektif sebagai suatu proses untuk mengelola masa kini dan mewujudkan masa depan. Dengan pengetahuan ia mampu memaksimumkan otak atas (kiri dan kanan) dan otak bawah yang berjalan seimbang untuk menumbuhkan percaya diri sebagai sumber sukses dan mandiri.

Menanggapi dilema dengan ketidakpastian dalam memasuki melinium ketiga (1-1-2001), maka pengetahuan yang akan menuntun kepemimpinan dalam mewujudkan ketidakpastian berhasil. Jadi dengan pengetahuan pula, kepemimpinan mampu mempersiapkan masa depan yang lebih baik dari masa kini, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan manajerial, informasi, teknik, dan organisasi baik ditempuh secara formal dan non-formal.

4. KETERAMPILAN BERLANDASKAN PNGALAMAN :

Dengan keterampilan akan menunjukkan bagaimana melakukannya untuk mampu mengelola masa kini dan masa depan sangat ditentukan oleh efektivitas pribadi. Dengan meningkatkan keterampilan dalam kualitas intelektual secara berkelanjutan akan menuntun aktualisasi dengan sikap mental positip.

Dengan keterampilan pula akan menentukan sukses dan kemandirian. Dengan kata lain, maka keterampilan pula akan membuat ketidakpastian berhasil. Oleh karena itu, dalam proses aktualisasidari efektivitas pribadi, makaketerampilan harus sejalan dengan budaya perusahaan yang kuat, sehingga akan terwujud kepemimpinan dengan pribadi yang disenangi menjadi suatu kenyataan, sekaligus mengandung makna bahwa mengelola pada masa-masa yang tidak menentu dibutuhkan adanya keterampilan yang tinggi, khususnya keterampilan yang dapat menunjang sukses dan kemandirian melalui proses pemanfaatan teknologi informasi yang terus berkembang.

Jadi kepemimpinan dalam mempersiapkan masa depan yang cerah, tidak dapat dielakkan dari teknologi informasi. Teknologi informasi sangat membantu efektivitas keterampilan dengan memakai komputer mempercepat proses berpikir untuk memanfaatkan otak atas kiri yang berfungsi a.l. logis, analitis, fakta, bahasa, matematika.

Dengan demikian meningkatkan keterampilan berarti kecakapan menyelesaikan tugas dapat diwujudkan dengan berpegang kepada tantangan yang kita hadapi dalam abad 21 ini disatu sisi dan disisi lain kita dihadapkan dengan lahirnya paradugma baru. Berpegang kepada tantangan dan paradigma dalam abad ini berarti kita harus secara berkelanjutan mengembangkan keterampilan baik yang kita dapatkan dari penglaman kita sendiri dan atau dari pengalaman orang lain yang menunjukkan kepada kita mengenai hal-hal yang kita sebutkan sebagai prinsip-prinsip yang kita pahami dengan baik yaitu kolaborasi ; komitmen ; komunikasi ; kreativitas individu ; krativitas kelompok ; inovasi organisasi ; analisa masa depan ; merespon antisipatif ; proses keputusan.

5. KESIMPULAN

Membangun kebiasaan yang produktif merupakan bagian yang tidak terlepas dari usaha-usaha untuk meningkatkan kepemimpinan yang produktif karena kunci kesuksesan kepemimpinan dalam menjalankan peran sangat pula ditentukan oleh terbentuknya suatu pola yang harus diyakini dengan terbentuknya pribadi yang produktif

Dengan pribadi yang produktif diharapkan seorang pemimpin dapat lebih leluasa menjalankan peran mempengaruhi dalam bersikap, bergaya dan berperilaku terhadap orang lain. Sebaliknya orang lain merasakan dampak positip yang diterimanya.

Oleh karena itu membangun kebiasaan yang produktif hanya menjadi nyata sebagai pola hidup untuk selalu siap mengikuti perubahan yang terjadi. Dengan demikian diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan dan sadar akan pentingnya pemahaman yang terkait dalam keinginan, pengetahuan dan keterampilan.

Jadi keinginan, pengetahuan dan keterampilan merupakan tonggak yang harus ditopang dalam pikiran yang berkelanjutan, tanpa itu tidak mungkin kepemimpinan mampu menghadapi gelombang perubahan yang akan terus ada dalam kehidupan ini sehingga diperlukan usaha mempengaruhi kekuatan pikiran internal.

Kekuatan pikiran harus dibangun menjadi menjadi penggerak dalam membangun kebiasaan yang produktif agar setiap kata-kata kunci dalam kehidupan ini dapat diaktualisasikan sebagaimana mestinya.

Tanpa kepercayaan dan keyakinan, maka kita tidak mampu untuk mencapai makna arti keberadaan kita. Dengan demikian bahwa arti keberadaan kita haruslah dipahami menjadi suatu kebiasaan dalam hidup untuk menjawab tantangan disatu sisi dan disisi lain kita harus mampu menyesuaikan dengan tuntutan paradigma baru. Jadi dengan mengungkit masalah itu dalam kekuatan pikiran berarti kita mampu menjalankan prinsip-prinsip yang kita yakini dan percaya itu dapat menuntun kita dalam bersikap, bergaya dan berperilaku.

No comments:

Post a Comment