Monday, August 17, 2009

Fokus Dalam Melaksanakan Pradigma Baru

November 2, 2007 by suaraatr2025

1. PEMAHAMAN PARADIGMA BARU DALAM TIGA DIMENSI.

Pada bagian terdahulu telah kita ungkapkan pengertian paradigma bahwa pada dasarnya menekankan kepada disatu sisi mengenai batas-batas dan disisi lain mengenai kesiapan. Sejalan dengan itu kita telah pula mengungkapkan tantangan abad ke 21 ini dari sudut pandang “proses futurism” untuk mendorong dalam mengungkit bagaimana sebaiknya kita memanfaatkan otak ini dalam menghadapi tantangan tersebut.

Disinilah letak keinginan tahuan kita dengan mendorong kemampuan berpikir dari tidak tahu menjadi tahu dengan memanfaatkan alat pikir yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal.

Dengan kesadaran kita mengungkapkan agar kita mampu berorientasi meninjau serta merasakan diri sendiri serta menangkap situasi diluar diri kita. Inilah yang kita sebut sedang mengungkapkan perubahan paradigma abad 20 ke abad 21. Artinya paradigma memberitahukan kepada kita adanya suatu permainan, ragamnya permainan dan bagaimana cara memainkannya.

Sebaliknya dengan kecerdasan, kita ingin mengungkapkan untuk memberi arti dari kesadaran itu menjadi bermakna untuk melaporkan keadaan perkara dan hubungan-hubungannya, seberapa jauh resiko yang kita hadapi sehingga dengan fakta dan informasi bagaimana kita menghindarinya atau menumpasnya. Artinya kita dapat menangkap perubahan paradigma itu, jika demikian adalah peralihan kepada suatu permainan baru.

Akhirnya dengan akal, kita ingin mengungkapkan untuk mencari jalan, dimana letaknya bahaya, macam bahaya, luasnya bahaya, kapan datangnya, akan berlangsung teruskah bahaya itu, bagaimana cara penyelesainnya. Disinilah kita mencari penyebab awal dari kecenderungan tersebut, maka kita akan menemukan itu sebagai perubahan paradigma.

Bayangkan oleh kita betapa penting yang diungkapkan oleh John Naisbitt, tahun 1982 dalam bukunya Megatrendyang sangat laris terjual. Yang ia sebutkan adanya kecenderungan besar dalam milenium baru sehingga terjadi pergeseran-pergeseran dari :


·Masyarakat industri ke masyarakat informasi.

·Teknologi yang dipaksakan ke High tech / High touch.

·Perekonomian nasional ke perekonomian dunia.

·Jangka pendek ke jangka panjang

·Sentralisasi ke desentralisasi.

·Bantuan kelembagaan ke swakarsa.

·Demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipasi

·Hirarki ke jaringan kerja (networking)

·Utara ke selatan

·Pilihan terbatas ke banyak pilihan.

Tapi kenyataan yang kita hadapi tidak banyak orang dapat memanfaatkan informasi tersebut menjadi bermanfaat dalam melaksanakan perubahan yang sistimatik dan berkelanjutan dalam kehidupan ini. Mengapa, tidak lain karena ketidakmampuan untuk merubah paradigma lama ke paradigma baru dimana akan kita temukan adanya kesenjangan tanpa mampu membuat untuk menjembatani melalui pemberdayaan diri.

Dengan pemahaman itu, kita dapat mengungkit kapan paradigma itu muncul dan bagaimana kita bersikap atasnya, dengan memperhatikan gejala-gejala yang kita ungkapkan dibawah ini :

·Paradigma dapat bersifat umum dan atau khusus, sehingga kita mempunyai anggapan bukanlah sesuatu hal yang luar biasa artinya gejala itu ada sehingga kita dapat bersikap biasa saja, namun kita harus menaruh perhatian atasnya kalau tidak membawa jarak yang jauh atas akibat kesenjangan yang terjadi.

·Paradigma itu akan bergerak secara fungsional artinya sekelompok perilaku yang diharapkan dari suatu peran karena adanya tuntutan dari perubahan atas peran itu sendiri. Jangan dibiarkan akan melahirkan sikap yang menentang.

·Paradigma dapat juga menunjukkan suatu gejala yang tidak mungkin dapat kita robah menjadi mungkin karena adanya keyakinan bahwa apapun gelombang yang begitu dahsyat dapat kita menembus menjadi peluang.

·Paradigma dapat juga menunjukkan perlunya usaha-usaha untuk mening- katkan wawasan atau menjadi daya dorong seseorang untuk mengerakkan analisis strategis agar ia mampu berpikir tidak kedalam satu arah tapi mencari lebih dari satu jawaban.

·Paradigma akan menunjukkan atas keberadaannya bukanlah sesuatu gejala yang harus diterimasebagai sesuatu yang pasti yang dapat mempengaruhi dalam cara pandang dalam melangkah pemberdayaan diri.

·Paradigma dapat juga menjadi kekuatan kepemimpinan dalam mengkomunikasikan suara hatinya dan mengubah perilaku sebagai kekuatan pertahanan strategis dalam melaksanakan perubahan.

·Paradigma dapat juga menjadi daya dorong untuk setiap orang termotivasi dalam menanggapi perubahan sehingga ia mampu menunjukkan kedalam pilihan paradigma yang sesuai dengan pandangannya dalam perubahan.

·Paradigma dapat juga menjadi petunjuk untuk meningkatkan pemahaman atas konsep kekuasaan, wewenang dan pemberdayaan dalam kerangka dalam mendaya gunakan peran-peran dalam keorganisasian.

Bertitik tolak dari pemikiran diatas diperlukan untuk membangun kebiasaan menghadapi tantangan abad 21, bagaimana kita sampai kepada suatu pemahaman tentang kesiapan menghadapi tantangan abad 21, terletak dari kemampuan kita menggerakkan otak agar kita bisa berpikir ke arah yang hendak dituju dari tidak tahu menjadi tahu, itulah satu kekuatan seandainya anda menjadi pemimpin dengan kepemimpinannya.

Kepeimpinan adalah mempengaruhi orang lain, sehingga ia dipandang memiliki kapasitas untuk mentejemahkan pemikiran strategik, jangka panjang dan pendek untuk dikomunikasikan menjadi kenyataan. Kesiapan menghadapi tantangan abad 21, memang perlu kita cermati agar kita dapat menjalankan apa yang kita harapkan masa kini dan masa depan, tapi usaha kita membangun masa depan sangat tergantung kemampuan kita dalam menganalisa pengalaman masa lampau dan masa kini, oleh karena itu bagaimana peran anda untuk berpartisipasi dalam menghadapi tantangan abad 21 bila anda tidak dapat menyingkap hal-hal yang disebutkan dibawah ini :

·Jauhkan rasa kebingungan anda untuk memanfaatkan informasi yang tersedia, dan jangan anda menutup pintu hati untuk tidak saling berbagi kepentingan.

·Jauhkan rasa kebingungan pribadi dalam memasuki perubahan, karena hal itu dapat mendorong anda menjadi orang yang masa bodoh, sehingga akan melibas kekuatan pikiran anda dalam memanfaatkan otak dengan maksimal.

·Jauhkan ketidak yakinan diri anda atas pelaksanaan perubahan yang dapat mempengaruhi jalan pikiran dalam ketidak mampuan untuk menguasai diri sendiri.

·Jauhkan pikiran anda dari pengaruh yang menginginkan suatu kepastian atas hasil dari perubahan tanpa anda menyadari kepentingan atas manfaat dari pelaksanaan pemberdayaan diri.

·Jauhkan pikiran anda bahwa wujud kerja sama bukanlah salah satu pondasi yang harus dibangun dengan melaksanakan kepemimpinan kolaborasi, tanpa memahami manfaat dengan dibangunnya pengelolaan partisipatif.

·Jauhkan pikiran anda yang mendorong untuk menciptakan status quo tanpa menatap masa depan dengan hanya memfokuskan masa kini dengan tanpa usaha menumbuhkan kreativitas menjadi inovasi dalam melaksanakan perubahan-perubahan yang terjadi.

Jadi dari kekuatan pikiran kita harus mampu menolak ketidak yakinan dan kepercayaan diri dalam membangun kebiasaan untuk selalu siap menghadapi perubahan paradigma dalam menjalankan apa-apa yang mendorong kita berubah dalam menjalani abad 21 ini.

2. MEMBANGUN KEBIASAAN PROFESIONALISME

Menjadi profesionalisme bukanlah sesuatu yang sulit, bila kekuatan pikiran yang dapat kita gerakkan melalui alat pikiran utama berupa kesadaran, kecerdasan dan akal.yang ada pada diri kita. Yang menjadi masalah bagaimana kita mengungkitnya sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Kuncinya terletak dari kebiasaan yang produktif seperti kita katakan diatas bahwa setiap manusia dalam menjalankan peran dalam kehidupan tidak pernah melepaskan diri dari usaha secara terus menerus meningkatkan kedewasaan berpikir, bekerja dan belajar untuk menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri agar kita terbiasa dalam menghadapi tantangan yang kita sebut dengan tuntutan perubahan yang bergerak lebih cepat dari kesiapan diri kita sendiri.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka membangun kepemimpinan yang unggul dalam arti memiliki kebiasaan profsional dapat dipelajari bukanlah sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan. Oleh karena itu untuk membangun profesionalisme tergantung kepada dua hal yaitu :

Kemampuan memanfaatkan kekuatan pikiran kedalam analisis strategis baik berpikir methodis (otak dan hati) dan non-methodis (hati) ; Kemampuan membangun kebiasaan yang produktif dalam usaha meningkatkan ilmu, keterampilan dan keinginan dengan niat dalam rangka mningkatkan kompetensi.

Kedua hal tersebut diatas sebagai faktor pemacu untuk meningkatkan kedewasaan profesionalisme yang sejalan dengan usaha-usaha untuk menjadi manusia unggul dalam kesiapan menghadapi tantangan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi yang saat ini sedang bergerak menuju ke masyarakat pengetahuan.

Jadi menggerakkan kekuatan pikiran menjadi profesionalisme yang memiliki kekuatan berpikir secara global di satu sisi dan di sisi lain memiliki kekuatan pikiran untuk melaksanakan kolaborasi, komitmen dan komunikasidalam menjalan peran lokal, sehingga memiliki keyakinan dan kepercayaan untuk merubah dari ketidakpastian menjadi peluang.

3. MEMBANGUN KEBIASAAN KREATIF DAN INOVASI

Kemajuan dari suatu organisasi akan sangat tergantung pada sumber daya manusia yang tersedia sesuai dengan perannya dengan memiliki keunggulan. Manusia yang unggul biasanya terbuka pada suatu iklim yang diciptakan dalam suasana yang kondunsif dimana setiap individu dan atau dalam kelompok membangun kebiasaan kreatif. Membangun kebiasaan kreatif merupakan kebutuhan didalam suatu organisasi, oleh karena itu haruslah dipandang sebagai sesuatu pola yang dapat mendorong setiap orang untuk memberikan konstribusinya yang sejalan dengan tuntutan kebutuhan, sehingga kita merumuskan pemikirn tersebut menjadi :

Kreatifitas adalah wujud kepribadian individu kedalam pemanfaatan (K)esadaran secara (R)asional untuk mendorong (E)mosi dan (A)kal terhadap (T)antangan untuk merumuskan suatu (I)de dengan (P)endekatan 4 P (pribadi, proses, pendorong, produk) dengan kemampuan (I)nteletual dan (T)asamuh kedalam berpikir (A)ntisipasi melalui (S)ensitivitas.

Dengan pengertian itulah kita membangun suatu konsep yang dapat mendorong kreativitas yang diaktualisasikan dalam sikap, gaya dan perilaku yang terkait manusia sebagai individu dan atau dalam dinamika kelompok.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka saat ini dan hari depan dengan memanfaatkan kekuatan berpikir yang dinamis untuk menggunakan kreativitas, maka setiap orang dapat merubah nasib yang harus dperjuangkan, soal hasil kita pasrahkan diri kepada sang pencipta maka disitulah terletak aktualisasi hidup mencapai kesuksesan.

Oleh karena itu, cobalah renungkan bahwa kreativitas adalah sumber penggerak dari kekuatan berpikir dalam membangun kebiasaan yang produktifdituntut untuk memahami makna disiplin sebagai bagian dari proses kreatif, walaupun saya banyak bermain golf, sayapun mencurahkan pikiran apa yang hendak saya pikirkan dalam pencarian kreatif, sehingga kita selalu menyiapkan buku bacaan, peralatan dan ruangan yang selalu teratur, itu pula sebagai gambaran bahwa disiplinmerupakan daya dorong untuk kita terus berkarya.

Dengan keadaan yang penuh kerapian dan ruangan yang ada menyenangkan , maka disitulah arti kita mempersiapkan diri dalam kita berkreativitas dengan memanfaatkan alat pikiran yang kita sebut dengan kesadaran, kecerdasan dan akal untuk menggoreskan proses dalam proses berpikir.

Jadi disiplin dapat mewujudkan keindahan, maka disitu pula saya dapat menggerakkan kemampuan berpikir secara methodis dan non-metohodis sehingga mampu mlihat tantangan dalam hidup ini agar kita mampu menggunakan energi secara produktif.

Berdasarkan pikiran diatas, bila anda menyadari bahwa tambang emas yang ada dalam diri anda dalam bentuk pikiran yang dapat digali, itu berarti ada kesempatan untuk mengungkapkan apa yang disebut bakat yang tersembunyi sepanjang anda menginginkan.

Tidak semua orang mampu menggerakkan kekuatan pikiran dalam mengungkit bakat yang terpendam dan oleh karena itu adakalanya datang dorongan dari luar, tapi yang harus kita ingat bahwa ada suatu anggapan dimana hidup yang kita jalani dapat kita hayati dari masa lampau tapi masa depan harus kita jalani sesuai tuntutan perubahan lingkungan yang terjadi.

Menggerakkan kekuatan pikiran dalam mewujudkan kreativitas dalam arti mendatangkan hasil yang sifatnya baru, berguna dan dapat dimengerti tidak lain karena kemampuan dalam mengaktualisasikan dari penguasaan wawasan dan imajinasi yang tidak terpengaruh oleh faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan kemauan yang keras. Oleh karena itu kekuatan pikiran dapat digerakkan individu dan atau individu dalam kelompok sebagai penggerak untuk mencetuskan ide atau gagasan yang diteruskan baik dilakukan berpikir secara methodis dan non-methodis kedalam tindakan yang kita sebut dengan :

Dengan memperhatikan hal-hal yang telah kita uraikan pada bagian ini dimana usaha untuk membangun kebiasaan kreatif individu kedalam kreatif kelompok melalui pelaksanaan sumbang saran dengan harapan dapat diwujudkan suatu kebenaran sehingga dengan kekuatan pikiran yang disinerjikan kedalam tahapan pikiran menyusun konsep, membentuk pendapat dan menarik kesimpulan menjadikan kreatifitas menjadi sifatnya belum ada sebelumnya atau baru, berguna dan dapat dimengerti.

Bila kreatifitas kelompok dikembangkan dan dilola oleh suatu tim secara formal berubah wujud menjadi inovasi untuk menumbuh kembangkan langkah kerja berpikir ilimiah (objektif, rasional, sistematis, generalisasi) dengan jalan observasi, riset, eksperiment, persaksian dan otoritas dari para ahli sehingga inovasi organisasi merupakan tantangan kepemimpinan untuk menterjemahkan dari keinginan berinovasi kedalam lingkngan organisasi.

Jadi inovasi organisasi yang haruslah didukung dan digerakkan oleh kepemimpinan puncak yang memiliki tujuan tertentu dan dihasilkan dari analisa, sistem dan kerja keras tim kerja kelompok sebagai suatu proses dua langkah artinya pertama inovasi itu sendiri, kedua suatu usaha yang berisiko tinggi yang mengubah penemuan menjadi suatu produk atau proses yang berpotensi komersil.

Pendekatan dilakukan dengan menanamkan untuk membangun kebiasaan inovasi melalui dengan pengertian : CEO berperan menggerakkan (I)nisiatif kedalam proses mental kedalam (N)alar individu dan atau kelompok secara (O)ptimal kedalam (V)isualisasi menjadi pengembangan (A)ktivitas dan (S)arana dengan memanfaatkan (I)lmu pengetahuan.

Dengan memahami pengertian diatas diharapkan setiap anggota tim dalam kelompok kerja dapat memahami bahwa wawasan dan imajinasi menjadi daya dorong kedalam kreativitas dalam mewujudkan inovasi yang didukung oleh pimpinan puncak.dengan memperhatikan : 1) Memiliki tujuan yang digerakkan secara sistimatis; 2) Setiap inovator memiliki keyakinan atas kompetensinya ; 3) Dengan kerja yang jelas, sederhana dan terfokuskan ; 4) Kreativitas kelompok menjadi penggerak pemanfaatan dari sumber daya yang terbatas ; 5) Berdasarkan aktivitas yang fleksibel dan mudah di kontrol dengan menekankan orientasi kepemimpinan bukan semata menciptakan keuntungan yang besar.

Dengan memperhatikan prinsip keharusan tersebut, diperlukan usaha untuk diindentifikasi isu-isu kunci yang strategis kedalam : 1) Bentuk kebijakan inovasi yang terbaik bagi perubahan an posisi pasar ; 2) Implikasinya terhadap infrastruktur organisasi ; 3) Implikasinya kedalam pensyaratan sistem teknologi informasi ; 4) Kejelasan dalam perumusan secara akurat kreteria kinerja dari produk secara dini ; 5) Implikasinya dalam prosedur testing untuk memenuhi dari permintaan produk.

Jadi keberhasilan CEO dalam membangun kebiasaan inovasi akan terletak pada kekuatan pikiran yang dapat diaktualisasikan kedalam kesadaran, kecerdasan dan akal untuk menyatukan hal-hal yang terkait dengan apa yang kita sebutkan dibawah ini : 1) Pikiran strategik ; 2) Pikiran yang berbeda ; 3) Pikiran manfaat bagi pelanggan ; 4) Pikiran secara terperinci ; 5) Pikiran yang menyangkut kedalam, pengetahuan, manusia, antisipatif

Dalam rangka menyatukan pikiran-pikiran tersebut diatas, maka diperlukan adanya pemahaman yang mendalam saling keterkaitan diantara kebijakan personil, infrastruktur organisasi, pasar dan juga yang terkait dengan pengalaman dalam fungsional, tapi yang sulit adalah yang menyangkut perubahan manajemen secara efektif mengenai :1) Personil (strategi, struktur, subjek, dukungan, keterampilan, sistem, gaya, staff, nilai bersama ; 2) Keahlian pasar ; 3) Posisi pasar ; 4) Keahlian pabrikasi ; 5) sejarah produksi

4. ANTISIPATIF

Antisipasi adalah kemampuan untuk meramalkan, mengetahui sebelum terjadinya sesuatu. Oleh karena itu harus ada kemampuan untuk menggerakkan kekuatan pikiran baik dalam berpikir vertical maupun berpikir lateral (baca buku Edward Debono : Berpikir lateral)

Kedua model berpikir tersebut memiliki karekteriktik yang berbeda :

Berpikir Vertical :Berpikir Lateral :

SelektifGeneratif

Bergerak ke satu arahBergerak ke banyak arah

AnalitisProvokatif

BerurutMembuat lompatan

Harus benar setiap langkahTidak harus demikian

Bentuk negatif untuk menutup jalanTidak ada bentuk negatif

KonsentrasiMenyambut baik terobosan

Katagori, klasifikasi, label tetapTidak tetap.

Jalan yang paling memungkinkanMenjajaki yang tidak mungkin

Pada antisipatif menekankan model berpikir lateral agar mampu menggerakkan kekuatan pikiran untuk mendapatkan antisipasi yang baik adalah dengan membuat penelitian strategis dengan hasil agar mampu merumuskan identifikasi peluang.

Dengan demikian membangun kebiasaan antisipastif berarti kita ada usaha membentuk kepribadian yan proaktif sehingga dengan fokus itu mampu mengaktualisasikan untuk menggerak kekuatan pikiran dalam merumuskan untuk menghindari masalah.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Alvin Toffleryang melahirkan buku “Future Shock tahun 1970. dimana ia telah mengingatkan bahwa pentingnya mengantisipasi masa depan, sehingga ia berkesimpulan :

Pertama, jelas bahwa kejutan masa depan bukan lagi merupakan lagi merupakan bahaya potensial yang masih jauh, tetapi suatu penyakit nyata yang diderita oleh semakin banyak manusia.

Kondisi psikologis-biologis ini dapat digambarkan dengan apa yang disebut dengan terminology medis dan psikiataris. Penyakit ini adalah penyakit perubahan.

Kedua, saya semakin tercengang betapa sedikitnya orang tahu tentang penyesuaian diri, baik mereka yang menginginkan dan yang menciptakan perubahan besar masyarakat kita, maupun mereka yang seharusnya mempersiapkan kita untuk menghadapinya.

Para cendekiawan yang serius berbicara lantang mengenai “pendidikan demi masa depan”, akan tetapi kita sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang cara melaksanakannya.

Dari uraian yang kita ungkapkan diatas, mengingatkan arti pentingnya bagi Pimpinan yang memiliki keperibadian proaktifkarena konsep kejutan masa depan dan teori penyesuaian diri yang bersumber padanya, sangat kuat membuktikan bahwa perlu ada keseimbangan, tidak saja antara tingkat kecepatan perubahan lingkungan dengan kecepatan tanggapan manusia yang terbatas.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka juga menemukan pandangan ahli manajemen Peter F Drucker yang menaruh perhatian besar dalam mengamatinya, ia telah mengemukakan dalam bukunya “Managing In Turbulent Times” tahun 1980, dalam buku ini ia menekankan mengenai keterampilan, sehingga ia berpendapat betapa penting keterampilan manajerial pada masa-masa tidak menentu. Dalam hal ini ia mengemukakan “A time of turbulence is a dangerous time, but its greatest dangeris temptation to deny reality” (periode turbulensi adalah masa yang berbahaya, tetapi bahaya yang paling besar adalah godaan untuk mengingkari kenyataan)

Apa yang tlah kita uraikan diatas adalah mengungkit kekuatan pikiran dengan memanfaatkan konsep berpikir lateral yang membentuk keperibadian proaktif yang menghasilkan antisipasi dalam kerangka untuk menghindari masalah. Tetapi sebaliknya kita tidak dapat mengabaikan situasi masa kini yang dapat mnimbulkan masalah dari masalah masa lampau. Oleh karena itu kita harus mampu untuk bisa memanfaatkan kekuatan berpikir vertical agar kita tidak terjebak dalam keperibadian reaktif yang tidak terarah artinya dalam usaha kita memecahkan masalah. Dengan pikiran itu kita harus mampu memilah masalah yang kritis, pokok dan insidentil agar setiap pemecahan tidak menimbulkan masalah baru.

Membangun kebiasaan antisipatif merupakan kebutuhan dalam usaha menggerakkan kekuatan pikiran melalui berpikir lateral yang berusaha untuk mengembangkan penelitian strategis yang menghasilkan arah kemampuan untuk merumuskan identifikasi peluang masa depan.

Dengan konsep pemikiran itu berarti pula kita menumbuh kembangkan keperibadian proaktif sehingga kita memiliki keterampilan dalam menghindari masalah dimasa depan artinya kita memiliki kemampuan untuk mengantisipasi bila situasi mlahirkan masalah.

Disisi lain kita juga tidak dapat menghindari suatu keperibadian yang bersifat reaktif, hanya saja persoalannya bagaimana kita mengubah menjadi tindakan yang positip artinya kita mampu menggerakkan kekuatan pikiran dengan memanfaatkan berpikir vertical secara terarah.

Jadi dengan berpikir vertical kita mencoba menggerakkan kekuatan pikiran dalam rangka untuk merumuskan situasi masa kini yang dapat menimbulkan masalah akibat kondisi masa lampau. Oleh karena itu kita harus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Dengan kondisi demikian, maka situasi yang dapat menimbulkan masalah harus dapat kelompok kedalam masalah kritis, masalah pokok dan masalah insidentil artinya pemecahan masalah insidentil agar tidak menimbulkan masalah baru maka perlu dipecahkan masalah pokok terlebih terdahulu, begitu juga bila masalah pokok ada agar tidak menimbulkan masalah baru maka terlebih dahulu dipecahkan masalah kritis.

5. KESIMPULAN

Dalam abad 21 kita menuju ke masyarakat pengetahuan, yang mana menunjukkan tantangan dari ketidakpastian dimana-mana sehingga menghadapi tantangan yang begitu besar dengan sifat serba komplek, perubahan diseluruh aspek kehidupan dan dampak ekonomi dalam dunia tanpa batas.Dengan pemikiran , maka diperlukan pemahaman kembali sikap, gaya dan perilaku yang harus mampu berubah untuk menyesuaikan dengan tantangan yang kita hadapi. Oleh karena itu, diperlukan pula satu landasan yang kuat dalam memberikan daya dorong untuk mampu memaksimalkan kekuatan pikiran.

Usaha untuk menggerakan kekuatn pikiran kita dihadapkan kepada kebutuhan akan adanya usaha untuk terus menerus membangun kebiasaan yang produktifyang didukung oleh kemampuan untukmemanfaatkan kesadaran, kecerdasan dan akal dalam usaha untuk menyesuaikan diri dalam proses berpikir.Jadi disatu sisi kita terus meningkatkan kebiasaan yang produktif dalam arti meningkatkan pemahaman penguasaan ilmu, keterampilan dan keinginan yang dilandasi niat dan disisi lain kita harus memahami kebutuhan untuk menyesuaikan diri agar mampu mengikuti tantangan yang dihadapi.

Untuk menghadapi tantangan dalam abad 21 ini, kita dihadapkan kemampuan untuk melaksanakan paradigma baru yang kita sebut dengan “Profesionalisme, Kreativitas individu / kelompok dan Inovasi, Antisifatif”Oleh karena itu diperlukan pemahaman makna paradigma tersebut, supaya kita harus mampu menggerakkan kekuatan pikiran vertical dan lateral dalam mengaktualisasikan pikiran agar kita dapat merumuskan masalah-masalah masa depan dari pengalaman masa kini dengan latar belakang masa lalu.

Sejalan dengan itu diperlukan kesiapan membangun keperibadian proaktif untuk mampu antisipatif berlandaskan kreativitas dan inovasi yang digerakan oleh profesionalisme disatu sisi untuk mewujudkan ketidakpastian menjadi peluang dalam arti menghindari masalah dan disi lain kesiapan merubah dari keperibadian reaktif menjadi reaktif yang postif dalam arti memecahkan masalah berdasarkan kemampuan merumuskan situasi menjadi masalah kritis, pokok dan insidentil.

No comments:

Post a Comment