Monday, August 17, 2009

Membangun Komitmen

November 1, 2007 by suaraatr2025

1. PENDAHULUAN

Komitmen merupakan salah satu unsur dimensi dalam proaktivitas, ia lahir dari akal dengan berpikir yang disadari. Kesadaran bukan di otak, tetapi berpusat dihati. Hati adalah alat untuk menghayati, makanya komitmen marupakan hasil kerja hati dengan penghayatan. Jadi bila dilihat dari sudut batiniah, komitmen merupakan pengorbanan bisa merupakan kata-kata ataupun perilaku yang memperlihatkan yang abstrak tapi konkrit, konkrit tapi abstrak.

Dengan demikian secara vokus dapat kita mengatakan bahwa komitmen hanya merupakan omong kosong yang tidak dilandaskan atas suatu keyakinan yang dapat dibuktikan antara kata dengan perbuatan.

Dengan teknik 5W dan 1H, maka komitmen ditentukan oleh WHO, WHAT, WHERE, WHEN, WHY dan HOW. Jelas seperti pragmatisme daur hidup ini, senantiasa diemban status positip dan negatip di segala jenis atau unsur fragmen-fragmen kehidupan. Ada komitmen yang pamrih dan ada pula komitmen yang tidak pamrih. Jelas pula bahwa di organisasi manapun para superior tentunya selalu ingin mengemban subordinate-subordinate yang mengemban rasa komitmen sangat tinggi, sangat positip. Mengapa begitu ? Sebab dari sumber daya manusia baik selaku pemimpin maupun bawahan yang berkomitmen begitu dapat dilahirkan produktivitas yang tinggi akan berdampak untuk menunjang maksimalitas proses pemanfaatan yang didapat.


Dengan demikian, maka “a sense of execellent commitment” adalah begitu esensil bagi keberhasilan individu, kelompok dan organisasi. Oleh karena itu pula, tanpa eksistensinya komitmen sulit dibayangkan untuk mempersiapkan masa depan yang cerah. Komitmen menjadi lawan kata perilaku egoisme.

Dari batas – sumber apa – mana saja sebenarnya komitmen berasal.? Sebelum menjawab pertanyaan diatas, sebaiknya kita menyadari kembali bahwa KOMITMEN adalah suatu perilaku bathiniah yang sangat bernilai tinggi, luhur budinya, mulia ahklaknya, khususnya bilamana komitmen yang bersangkutan diperuntukkan kepada kepentingan orang banyak dan kedua orang tua kita dan sudah tentu bermula kepada Tuhan yang maha esa.

Sejalan dengan itu dapat kita kemukakan bahwa sumber komitmen dapat kita lihat dari sisi, pertama secara transendentil seperti motivasi, sense of belonging, sense of responsibility, religion’s sake, dsb. dan kedua secara terestial seperti safety, promotion, reputation, dsb. Sebagai ilustrasi pada transendentil seperti Komitmennya ke dua orang tua kita, yang tidak pamrih tapi jujur, tulus iklas demi Allah, demi kemanusiaan. Pada terestial misalkan suatu perusahaan menetapkan sistem Longlife Service, maka rasa komitmen mereka terhadap perusahaan begitu tinggi karena hidupnya lebih terjamin, dengan demikian timbullah rasa dedikasi, loyalitas, ketekunan, keulatan, disiplin, harga diri dsb.

Dengan memperhatikan uraian yang kita kemukakan diatas, maka bagi kepemimpinan yang sukses, ia memulai melangkah dalam pikirannya dengan niat sebagai komitmen.

Adanya ungkapan sperti “Komitmen tidak mnjamin sukses, tetapi komitmen menjamin kegagalan “. Di tahun 1970-an, orang mementingkan diri pribadi ; tahun 1980-an merupakan dekade materialistik ; tahun 1990-an, nilai-nilai mengalami perubahan, sehingga orang mengatakan “era yang menjunjung tinggi nilai-nilai akan tiba”. Yang dimaksud dengan nilai diini adalah nilai-nilai abadi seperti kepercayaan, harapan, cinta, keadilan, pengampunan, kejujuran, pelayanan, pengorbanan, kerendahan hati dan kesukarelaan.

Dengan memperhatikan uraian diatas, marilah kita mencoba untuk memahami dua orang pemimpin dengan pendekatan yang berbda sebagai suatu ilustrasi dibawah ini :

Talib selaku pemimpin pertama mengambil suatu pendekat-an, apa yang disebut dengan “Task-Oriented”. Dia mulai duduk dan menyusun diatas kertas pekerjaan dan tugas yang harus dilakukan setiap bawahannya. Dan kemudian dia mengumpulkan kelompok bawahannya itu, membentangkan tujuan yang akan dicapai dan menerangkan cara umum untuk mengerjakan dan mencapainya. Dia melakukan dan terlihat dalam sejumlah diskusi yang layak dalam kelompok itu, tapi dia tetap menjaga batas-batas yang jelas. Seorang bawahan bisa saja memilih sejumlah pilihan atau kemungkinan yang tersedia untuknya dalam melaksanakan bagiannya untuk mengerjakan pekerjaan itu, tapi bawahan itu harus tahu bahwa dia harus melangkah melalui jejak dan garis yang sudah ditentukan oleh pimpinan. Dan begitu kelompok tadi sampai tahap pelaksanaan, Talib mengawasi dengan teliti. Dia selalu hadir di tempat kerja untuk mengawasai pekerjaan tadi. Dia memberikan petunjuk dan mendengarkan saran-saran. Kadang-kadang dia menerima saran, yang brlingkup kecil. Pada tahap akhir, Talib menangani semuanya secara ketat, sampai proyek itu selesai.

Rachman menggunakan suatu pendekatan yang berbeda, apa yang disebut dengan “People – Oriented”. Tindakannya yang pertama ialah memanggil dan mengumpulkan semua bawahan yang memegang kedudukan kunci. Dalam pertemuan itu, dalam suasana keterbukaan Rachman berkata : Inilah yang akan kita kerjakan. Saya ingin mendengar dari kalian semua, ide-ide anda tentang bagaimana kita melaksanakan hal itu. Rachman sangat sabar. Dia menggu-nakan banyak waktu untuk memperbincangkan setiap usul dan saran. Akhirnya suatu rencana terbentuk. Para bawahan diberikan kebebasan yang maksimum dalam hal mereka akan melak-sanakan bagian tugasnya dalam seluruh pekerjaan itu. Rachman sendiri selalu siap untuk melakukan tugas-tugas yang lebih bersifat pendobrak kesulitan dan kemacetatan, dari pada sebagai seorang kepala dan atasan. Sebagaimana sering dikatakan Rachman sendiri “para pekerja adalah orang-orang yang kuat dan baik motivasinya, saya tidak terlalu mengawasi atau seperti memata-matai”

Dari kedua kasus tersebut timbul pertanyaan, manakah pemimpin yang paling berhasil dalam mengembangkan komitmen bagi semua pihak dalam mencapai sasaran pekerjaan yang telah ditetapkan ?. Dalam hal ini Rachman lebih berhasil dari Talib, mengapa ? Rachman lebih menekankan kepada orientasi manusia, ia berharap setiap orang pada dasarnya memiliki kemampuan, asalkan diberikan kesempatan untuk berbuat dan belajar, sehingga ia memiliki kepercayaan diri, sebaliknya Talib lebih menekankan kepada tugas, kurang mendidik untuk percaya diri.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dengan alasan sebagai berikut :Komitmen membutuhkan keberanian dan mengandung resiko. ; Komitmen tidak bisa dipaksakan. ;Komitmen mengandung usaha orang berusaha mengembangkan inisiatip dan bersedia memberikan pertanggungan jawaban. ; Komitmen mengandung adanya kemauan pengorbanan pribadi ;Komitmen mengandung pemusatan dalam melaksanakan pekerjaan ; Komitmen menginginkan iklim yang lebih luwes tapi mudah mengontrol dalam memberikan saling hormat menghormati ;Komitmen lebih menekankan bukti tindakan bukan kata-kata.

Dengan memperhatikan uraian-raian yang kita kemukakan diatas, kiranya dapat kita simpulkan suatu difinisi Komitmen dalam gaya kpemimpinan islam sebagai berikut :

“Komitmen adalah wujud KEBERSAMAAN dalam mengko-munikasikan suara hati kepada ORANG lain dalam MEMA-HAMI yang berdasarkan INTELEGENSI secara TASA-MUH dengan sikap MENTAL positip untuk bertindak secara EKLEKTIS yang bersandarkan kemampuan NALAR yang tinggi dalam menanggapi perubahan.”

2. MEMBANGUN KOMITMEN

Bagi sorang pmimpin yang penting untuk mengetahui dalam pikirannya bahwa diatu sisi apakah ada komitmen yang diberikan oleh bawahannya dan disisi lain apakah bermakna komitmen tersebut baginya. Untuk dapat memahami jalan pikiran tersebut, kita dapat membaca dari setiap huruf yang bermakna dari kata komitmen sebagai pondasi untuk mewujudkan komitmen itu sendiri.

Komitmen, terdiri dari 8 huruf, yang memiliki makna tersendiri menjadi kata yang bermakna yaitu : HurufK – Kebersamaan dalam komitmen ; HurufO – Orang dalam komitmen ; HurufM – Memahami dalam komitmen ; HurufI- Intelegensi dalam komitmen ; HurufT- Tasamuh dalam komitmen ; HurufM – Mental dalam komitmen ; HurufE- Eklektis dalam komitmen ; HurufN- Nalar dalam komitmen

KOMITMEN diatas sebagai landasan pola pikir untuk menumbuhkan kembangkan perubahan sikap dan perilaku yang sesuai dengan gelombang perubahan, dituntut adanya satu keyakinan yang bulat untuk melaksanakan komitman kedalam amalan lahir dan batin baik pemimpin maupun bawahan.

3. (K)EBERSAMAAN DALAM KMITMEN

Mampukah anda berpikir untuk memanfaatkan otak atas (kanan dan kiri) dan otak bawah sadar menjadi satu kesatuan dalam bersikap dan berperilaku. Bila ini terjadi dan sering terjadi diharapkan menjadi wujud dari kebiasaan anda untuk berpikir. Kebiasaan berpikir secara positip hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, bila anda mampu mengendalikan kesadaran yang ada dalam hati bukan di otak.

Dengan demikian, bila kita mampu mengintergrasikan berpikir dengan otak dan berpikir dengan intuisi, maka anda mampu mewujudkan KEBERSAMAAN dalam komitmen. Kebersamaan harus dapat dilihat menjadi kebiasaan dalam hidup ini dalam memandang wujud sikap yang disebut dengan PERSPEKTIF disatu sisi dan disisi lain disebut dengan RELATIVITAS. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa membangun komitmen, bermula dari kemampuan untuk menyatukan kebersamaan dalam tindakan

Perspektif mengandung arti kapasitas memandang sesuatu dalam kaitannya dengan tingkat kepentingan relatif. Ketidakmampuan manusia dalam memandang masalah-masalah dalam hidup ini dari sisi relatif, merupakan titik kelemahan yang utama, sehingga perwujutan kebersamaan yang bersifat abstrak itu, sangat sulit untuk dihayati karena perbedaan kita dalam memandang arti kesuksesan dan kegagalan.

Dengan demikian, maka membangun kebersamaan merupa-kan titik awal untuk melahirkan komitmen yang diberikan oleh seseorang berdasarkan pengorbanan dari dirinya, melalui suatu proses berpikir dalam kebiasaan yang perspektif dengan memperhatikan tingkat relativitas dalam tujuannya. Caranya dengan belajar menempatkan segala hal dalam perspektif yang tepat, maka disitulah akan terletak kebiasaan anda bisa melihat masalah sehari-hari, khususnya masalah tidak adil yang terjadi pada diri anda, dalam sisi yang lebih relatif.

4. (O)RANG DALAM KOMITMEN

Seseorang yang memasuki suatu sistem sosial berarti orang tersebut siap memberikan suatu komitmen dala menjalankan pekerjaan yang harus dilakukannya. Komitmen merupakan sikap yang diperlihatkan orang itu bilamana ada kjelasan yang berkaitan denan peranan dan kedudukan orang dalam satu sistem sosial.

Peranan dan kedudukan merupakan dua sisi mata uang yang saling bergantung satu sama lain dengan dua konsepsi yang berbeda satu sama lain, dimana kedudukan atau sering diungkapkan dengan jabatan, berarti gambaran konsepsi relasional dan berkaitan dengan kekuasaan, sedangkan peranan merupakan konsepsi kewajiban.

Dengan kejelasan peranan dan kedudukan, bilamana sese-orang berada dalam struktur organisasi formal, maka orang tersebut akan menunjukkan sikap komitmen positif artinya akan melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dalam suasana jiwa yang lebih mengutamakan kreatifitas. Orang dengan komitmen yang tinggi berarti memiliki prinsip-prinsip dalam usaha menjalankan peran dan kedudukannya. Prinsip-prinsip tersebut berkaitan dengan sikap. intlektual dan persaudaraan.

Prinsip yang berkaitan dengan sikap, meliputi 1) sikap mental positip ; 2) sikap pengambil inisiatif ; 3) sikap disiplin diri. ;

Prinsip yang berkaitan dengan intlektual, meliputi 4) visi yang kreatif ; 5) perhatian yang terkendali ; 6) berpikir secara akurat.

Prinsip yang berkaitan dengan persaudaraan meliputi 7) kerja tim ; 8) penyatuan potensi ; 9) kepastian tujuan dan sasaran.

·MENTAL POSITIP DALAM PRINSIP SIKAP

Prinsip ini kita letakkan sebagai landasan utama karena ia merupakan penentu dalam menentukan tindakan, apakah anda akan memilih tindakan prestasi dan atau tindakan dalih. Suara hati yang anda komunikasikan kepada orang lain, maka orang lain hanya dapat mempengaruhi atau menyarankan, tetapi jalan pikiran anda, hanyalah anda sendiri yang dapat mengendalikan pikiran anda untuk dapat menerima atau menolak.

·PENGAMBIL INISIATIF DALAM PRINSIP SIKAP

Prinsip ini kita letakkan sebagai landasan kedua karena ia merupakan proses penggerak cepat untuk menjabarkan banyak hal. Apa kesalahan yang tersebar dalam hidup anda yaitu setiap kali anda seharusnya melakukan sesuatu dan tidak melakukannya, semua kesalahan yang anda sesali rupanya berpusat pada kesempatan yang meleset, yang seharusnya anda ambil tetapi tidak anda ambil, karena anda terlambat memutuskan untuk mengambilnya.

Inisiatif sebagai suatu proses, maka perlu kita hayati hal-hal yang disebutkan dibawah baik ia merupakan unsur pembawaan maupun sebagai unsur yang dapat dikem-bangkan yaitu : Inisiatip dimulai dengan dorongan batin yang tidak dimiliki orang yang kurang efektif. ; Inisiatip berarti memilih hal-hal yang penting dari hal-hal yang kurang berarti dan menuju sasaran yang vital ; Inisiatip berarti bahwa yang bersangkutan berpikir keras ; Inisiatip berarti anda berkeinginan untuk memotivasi tindakan menanamkan keinginan untuk meraih keunggulan pada diri anggota lainnya serta melepaskan inisiatip disamping memiliki sendiri.

·DISIPLIN DIRI DALAM PRINSIP SIKAP

Sikap ketiga apa yang kita sebut dengan disiplin diri karena setiap orang sebagai mahkluk yang sempurna mempunyai akal, ketenangan dan kesimbangan untuk mengendalikan diri kita sendiri dan untuk melakukan apa yang kita inginkan.

Sejalan dengan apa yang diungkapkan diatas, maka anda memahami bahwa tanggung jawab nomor satu mereka adalah untuk disiplin. Kalau mereka tak dapat memimpin diri sendiri, mereka tidak bisa memimpin orang lain. Dengan disiplin diri berarti kemampuan mengendalikan pikiran, kebiasaan dan emosi anda.

·VISI YANG KREATIF DALAM PRINSIP INTLEKTUAL

Pandangan jauh kedepan menunjukkan kemampuan imajinasi anda, merupakan prinsip keempat karena imajinasi adalah kerja pikiran, tempat gagasan dan fakta yang mampu dipadukan dalam satu kombinasi dan dimanfaatkan secara baru. Oleh karena itu prinsip ini merupakan titik pusat terhadap prinsip yang sudah dibicarakan maupun yang akan dibicarakan karena prinsip yang lain menimbulkan imajinasi dan mengguna-kannya.

Seandainya bahwa imajinasi anda menggambarkan cer-min dari jiwa anda, sudah selayaknya anda mempunyai hak untuk berdiri didepan cermin dan melihat diri anda, apa yang diinginkan oleh anda maka distu terletak visi yang kreatif anda.

·PERHATIAN YANG TERKENDALI DLM PRINSIP INTLEKTUAL

Prinsip kelima apa yang disebut dengan perhatian yang terkendali sebagai kemampuan untuk mengarahkan piker-an pada masalah kritis dapat dikuasai serta dipecahkan, setelah itu baru masalah pokok dan insidentil dapat dipe-cahkan. Dengan kemampuan untuk berpikir seperti yang anda inginkan itu, maka anda mengarahkannya ke suatu tujuan yang pasti, ini berarti pula kemampuan anda untuk mengorganisasikan pengetahuan anda kedalam suatu rencana pelaksanaan yang diperkirakan dapat dijalankan.

Selanjutnya dengan keinginan yang besar dan perhatian yang terkendali, maka melalui imajinasi yang diciptakan-nya dirubah menjadi suatu kenyataan. Gunakanlah keinginan itu untuk mengendalikan perhatian anda dan anda percaya bahwa dapat melakukkannya.

·BERPIKIR SECARA AKURAT DALAM PRINSIP INTLEKTUAL

Dalam analisis kontemporer mengenai fungsi otak bagian kiri dan kanan, maka prinsip keenam yang disebut berpikir secara akurat terletak bagian kiri sedangkan produk otak bagian kanan yang bersifat imajinatif. Jadi berpikir secara akurat akan membantu secara logis pemecahan masalah yang telah diidentifikasi oleh visi kreatif yang bersifat intuitif.

Dengan demikian, berpikir secara akurat adalah berpikir logis. Ia merupakan proses penalaran ketika satu penilaian lainnya dan kesimpulan yang tepat ditarik dari bukti yang ada karenanya ia memahami benar yang berkaitan dengan daur pembuatan keputusan yang terdiri dari :

·Orientasi terhadap situasi ; Pengenalan fakta yang penting ; Pengenalan masalah (kritis, pokok, insidentil) ; Saran tentang kemungkinan penyebab dan pengenal penyebab. ; Peninjauan pemecahan yang mungkin digunakan. ; Penerapan pemecahan secara agresif ; Pemeriksaan tentang benar salahnya pemecahan dan berusaha lagi.

·KERJA TIM DALAM PRINSIP PERSAUDARAAN

Prinsip ketujuh kita sebut dengan kerja tim. Yang bagai-mana kerja tim dianggap sukses, disini kita akan melihat tiga jenis tim yaitu ada tim yang disebut dengan menciptakan kejadian,ada yang disebut yang menonton kejadian, dan terakhir apa yang disebut dengan menga-gumi kejadian.

Dari ketiga jenis tim tersebut, maka kerja tim yang sukses adalah tim yang menciptakan kejadian, sehingga anggota tim yang positip itu menghendaki bahwa :

·Anda dapat memastikan untuk berkarya dalam suatu tim ;

Dalam tim anda mempercayai ada seorang yang memiliki kepemimpinan yang mampu memotivasi para anggota tim ;

Anda bersedia memberikan pengorbankan untuk melaksanakan peran dan kedudukan yang diberikan ;

·Sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh tim, anda berkesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi yang diharapkan

·Anda akan berusaha dengan kesediaan untuk berkorban berarti anda juga akan melaksanakan pekerjaan yang bermutu

·Anda akan berusaha untuk lebih berperan dalam tim secara positip

·Anda juga dapat berperan untuk mendorong anggota tim lainnya

·Bekerja dalam suatu tim, anda akan menemukan penyelesaian atas berbagai masalah.

·Anda akan selalu berusaha, agar tim dapat meraih tujuan-tujuan yang telah digariskan.

·PENYATUAN POTENSI DALAM PRINSIP PERSAUDARAAN

Penyatuan informasi, pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai jaringan merupakan prinsip kedelapan yang akan menunjukkan semangat persaudaraan yang harmonis.

Dengan demikian, bila bila dua atau lebih terjadi penyatuan potensi maka semangat persaudaraan yang harmonis itu akan menghasilkan kekuatan gabungan yang jauh lebih besar tanpa penggabungan jaringan. Melalui penggabungan jaringan itu, maka pemikiran masing-masing salaing mengembangkan yang pada akhirnya anda akan memperoleh pemikiran yang paling baik dalam mengidentifikasi situasi, merumuskan masalah dan pemecahannya.

Kunci keberhasilannya akan sangat ditentukan semangat keharmonisan dalam membentuk hubungan-hubungan yang harus diperlihara dan didorong untuk berkembang, walaupun hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan, tetapi bila masing-masing bisa menyadari dan menginginkan ada seribu cara untuk mencapainya, tapi bila tidak ada keinginan ada seribusatu cara untuk mempersulit penggabungan jaringan tersebut.

·KEPASTIAN TUJUANDALAMPRINSI PERSAUDARAAN

Prinsip ini diletakkan pada bagian akhir dalam prinsip persaudaraan sebagai kunci untuk menunjukkan peta jalan kearah mana anda kan bergerak. Peta jalan tersebut merupakan pedoman dan sekaligus mengandung harapan-harapan dimana disatu sisi kepastian tujuan merupakan langkah tertentu dan penjabaran tujuan kedalam sasaran-sasaran merupakan tolok semua keberhasilan anda.

Setiap langkah dalam perjalanan hidup anda dengan adanya kepastian tujuan itu memberikan efek sinergitik pada kemampuan anda dalam komitmen yang anda berikan.

Dengan demikian anda akan bekerja dengan lebih baik agar harapan anda dapat diwujudkan seperti apa yang diharapkan. Dalam mengembangkan kepastian tujuan yang dicapai pada umumnya akan kita jumpai beberapa prinsip dasar yang sering diungkapkan oleh banyak pendapat sebagai berikut :

Langkah kesatu , yang paling jelas tulislah secara jelas kepastian tujuan yang hendak dicapai secarakualitatif ;

Langkah kedua, jabarkanlah tujuan tadi kedalam sasaran yang bersifat kwantitatip ;

Langkah ketiga, susunlah rencana kerja secara menyeluruh, termasuk target waktu untuk pencapaiannya ;

Langkah keempat, lihatlah selalu rencana yang telah ada, buat untuk memberikan dorongan agar memaksimumkan sember daya secara efisien dan efektif.

5. (M)EMAHAMI DALAM KOMITMEN

Memahami dalam komitmen mengandung makna bahwa setiap individu dengan kadar yang berbeda memiliki suatu potensi yang ada pada dirinya untuk melahirkan dan mengembangkan gagasan-gagasan baru. Apa artinya itu bagi Anda ?. Tidak lain bahwa kemajuan masa depan anda terletak memahami dalam komitmen pada diri anda sendiri, anda yang mengetahui, apakah anda menjadi seorang yang sukses ataukah anda seorang yang gagal. Dengan demikian sukses, bukanlah tempat untuk dituju, melainkan suatu jalan yang harus ditempuh.

Bagaimana kita harus menempuh jalan itu?. Disinilah letak kematangan anda untuk mewujudkan memahami dalam komitmen pada diri anda. Caranya adalah tidak lain dengan membentuk suatu sikap yang dinamis, yang menjadi daya dorong agar daya kekuatan yang ada pada diri anda melihat adanya kesempatan.

Kesempatan, berada dimana-mana setiap saat, oleh karena itu carilah kesempatan itu walaupun bagaimna posisi keadaan diri anda saat ini.Yang penting anda memahami dalam komitmen diri anda bahwa dalam benak anda terletak kuncinya. Kunci itu bernama “Kemauan untuk bertindak”. Kunci ini pula yang menggerakkan daya kekuatan pribadi anda untuk berpikir dinamis dan mengikuti tindak lanjut pemikiran tersebut. Jadi pemikiran dalam memahami adalah potensi rohaniah yang memiliki fungsi kemampuan yang terletak diakal.

Akal itu sendiri berpusat atau bersumber dari kesanggupan jiwa yang disebut dengan intelegensi (sifat kecerdasan jiwa). Memahami merupakan hasil dari pemikiran metodis artinya berpikir yang disadari. Tapi kesadaran bukan diotak, tetapi berpusat di hati. Hasil kerja hati dengan penghayatan itu disebut intuisi. Jadi memahami adalah hasil dari berpikir intuisi.

Dengan demikian perlu kita sadari bahwa wujud sikap yang kita tunjukkan dengan memahami adalah unsur yang akan melahirkan komitmen dari pengorbanan diri dengan landasan berpikir intuisi dengan memanfaatkan Otak bawah yang berperan melakukan pengawasan terhadap hati, paru-paru, jantung dan bagian tubuh lainnya.

6. (I)NTELEGENSIA DALAM KOMITMEN

Yang diungkapkan disini mengenai intelegensi yang berpusat di otak atas yang terdiri dari otak kiri dan kanan, merupakan benda putih yang lunak di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat syaraf dan merupakan alat berpikir, bukan alat menghayati. Untuk jelasnya penggunaan otak kiri dan kanan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Otak kiri untuk : Logika, angk, analisis, linear, sains, matematika

Otak kanan untuk : gambar, warna, ritme, senis dan bentuk, imajinasi, kreativitas.

Dengan memanfaatkan kedua sisi otak dengan bersamaan yang saling memberikan sinergi, akan mampu meningkatkan bakat dan keterampilan samapai pada tingkat tertentu. Untuk menggerakkan itu diperlukan adanya gagasan yang dilahirkan dari hasil pikiran otak sebagai alat pikir. Konsep ini mencetuskan dorongan kedalam komitmen diri yang akan menimbulkan keinginan.

Jadi gagasan adalah penggerak kekuatan sebagai perangsang dan pembentuk sebagai wujud dari komitmen itu sendiri. Yang sering dipertanyakan mengapa sulit untuk melahirkan gagasan itu. Dikatakan sulit memunculkan gagasan, pada umumnya ada anggapan bahwa anda dapat memunculkan suatu gagasan karena bakat pembawaan sejak lahir bukan karena belajar. Disinilah letak keberanian anda untuk menghilangkan anggapan itu sehingga pintu hati anda terbuka, dan karena itu diperlukan keinginan anda untuk membentuk komitmen diri anda.

Bilamana anda ada keinginan untuk meletakkan landasan komitmen diri, maka anda menyadari seperti kata peribahasa “Tambang emas dalam diri anda adalah pikiran anda. Anda dapat menggali sepuas anda inginkan”. Jadi yang diperlukan adalah pemahaman dasar, sedikit pengelaman terhadap proses tersebut, maka penghalang yang diinggapi pada diri anda akan lenyap. Akhirnya bagaimana sebaiknya kita mengelola gagasan, seandainya ia muncul, untuk itu sebaiknya kita berpikir dinamis yaitu :

Hindarilah keyakinan atas daya ingatan, agar anda tidak selalu bergantung atasnya, sehingga jangan lupa mencatat setiap ada pemikiran mengenai gagasan. Buatlah analisa atas gagasan-gagasan yang anda timbulkan dan kembangkan gagasan tersebut seluas mungkin.

Hubungkan gagasan baru tersebut dengan yang senada dan selanjutnya anda berpikir apakah gagasan tersebut dapat diterapkan pada kondisi sekarang ini.

Bila gagasan itu bisa diterapkan, maka susunlah rencana apa yang harus dilakukan.

Anda harus mempertimbangkan “kapan dan dimana” dapat dikemukakan gagasan itu agar memperoleh hasil yang efektif.

7. (T)ASAMUH DALAM KOMITMEN

Tasamuh berarti kelapangan dada atau kesabaran. Komitmen merupakan pengorbanan diri, maka diperlukan suatu tonggak yang kokoh yang kita sebut dengan tasamuh karena kita menyadari sepenuhnya bahwa pikiran, tindakan, emosi merupakan kehidupan diri kita.

Jadi kedalam komitmen seseorang diantara kita akan berbeda karena akan sangat tergantung kepada apa yang didapat seseorang dari kedewasaan rohaniah, sosial, emosi dan intelektual yang dimilikinya. Dengan demikian seseorang yang memiliki tingkat tasamuh yang tinggi akan memiliki suatu kemampuan untuk berpikir yang metodis (yang disadari) merupakan kerja dari dua unsur organ di dalam diri kita yaitu unsur otak dan unsur hati.

Dengan tasamuh yang tinggi, anda akan mampu menempat-kan dalam berpikir biasa, berpikir logis, berpikir ilimiah, berpikir filsafat dan berpikir theologis sehingga mampu meletakkan arti komitmen dalam diri anda.

8. (M)ENTAL DALAM KOMITMEN

Makna mental disini, hal yang menyaungkut batin dan watak manusia, bukan yang berkaitan sifat badan atau tenaga. Jadi yang dimaksudkan mental adalah yang berkaitan dengan karekter artinya bentuk organisasi individual daripada perasaan-perasaan dan hasrat-hasrat.

Dengan demikian mental disini lebih menekankan karekter dalam arti sempit. Karekter dalam arti luas mengandung makna kepribadian, oleh karena itu karekter hanyalah merupakan satu aspek dari kepribadian. Sedangkan kepribadian mencakup unsur vitaliteit, temperamen, karekter (dalam arti sempit) dan bakat-kemampuan.

Sejalan dengan uraian yang dikemukakan diatas, maka mental merupakan tonggak yang kokoh untuk mewujudkan komitmen. Mental pribadi yang ditunjukkan karekter yang sesungguhnya, terdiri dari arah individual dari-pada kehidupan perasaan dan asrat. Wujudnya yang dapat kita lihat scara langsung ialah tindak-kelakuan didalam situasi konkrit. Misalnya seorang pegawai menjalankan dengan teliti semua ketentuan-ketentuan peraturan.

Hal ini belumlah menandakan bahwa pegawai yang bersangkutan memiliki karekter setia kewajiban, karena mungkin saja ia berbuat itu untuk menimbulkan kesan baik. Jadi tindak-kelakuan dimainkan oleh peran dari kecen-derungan-kecenderungan manusiawi, situasi dan kemerdekaan.

Oleh karena itu tindak-kelakuan yang ditunjukkan dengan sikap mental po-sitip menunjukkan perasaan dan asrat sebagai pengorbanan diri adalah sejalan dengan kepentingan kelompok dan orgnisasi. Dengan demikian tindak-kelakuan itu akan menunjukkan wujud dari komitmen yang sesung-guhnya dalam menjalankan sesuai dengan peran dan jabatan yang diminta.

9. (E)KLEKTIS DALAM KOMITMEN

Eklektis bermakna bersifat memilih dari yang terbaik dari berbagai sumber (tentang orang, gaya, metode). Memilih merupakan wujud dari tindakan kita dalam berpikir dengan mempergunakan otak sebagai alat untuk dapat memahami dan menghayati atas pilihan-pilihan yang kita putuskan.

Untuk melaksanakan tindakan itu, kita dituntut unuk memanfaatkan potensi yang ada pada diri kita. Jadi disini kita akan mengaktualisasikan diri dalam bentuk percaya diri agar potensi kemampuan kita terbuka untuk berpikir dengan kesadaran, kecerdasan dan akal melalui proses yang disadari agar putusan yang diambil dari alternatip informasi yang diberikan oleh kedua sisi dari otak atas (otak kiri dan kanan).

Dengan demikian haruslah memiliki kemampuan kedewasaanintelektual, emosional, sosial dan rohaniah.

Pada tingkat awal kita berpikir dengan kesadaran, melalui kesadaranlah kita meyakini bahwa untuk mencapai itu kita perlukan seperangkat keterampilan yang diperlukan dalam kemampuan kita untuk memprosesnya. Dengan kesadaran itu pula kita dapat berorientasi meninjau dan merasakan tentang kemampuan diri sendiri, tetapi bersamaan dengan itu juga menaruhkan per-hatian yang berada diluar diri kita.

Perlu diketahui bahwa kesadaran saja tidak punya arti atau tidak berdaya, bilamana tidak dibantu oleh kecerdasan karena kesadaran menyadarkan apa-apa namun kecerdasan melaporkan kepada kita keadaan perkara dan hubungan-hubungannya.

Bertindak berdasarkan eklektis dalam komitmen tidak cukup hanya berpikir dengan otak atas dalam bentuk kesadaran dan kecerdasan, tetapi juga dengan akal artinya kita berpikir dengan otak atas (sisi kiri dan kanan) teta-pi juga otak bawah sadar artinya kita berpikir metodis dengan memanfaat-kan unsur otak atas sebagai alat pikir dan unsur otak bawah sebagai alat menghayati.

10. (N)ALAR DALAM KOMITMEN

Makna nalar dalam berpikir disini artinya jangkauan berpikir yang sangat dalam untuk menempatkan komitmen merupakan pondasi dasar sebagai prinsip. Nalar tanpa prinsip tidak mungkn terwujud dan terbangun seperti apa yang diharapkan oleh komitmen itu sendiri.

Oleh karena itu berpikir dengan nalar berprinsip akan mengaktualisasikan diri dengan mempergunakan otak dalam berpikir dengan mengikuti suatu proses berpikir secara bertahap yaitu yang disebut dengan tahapan-tahapan berpikir biasa, berpikir logis, berpikir ilimiah, berpikir filsafat, dan berpikir theologis.

Berpikir biasa yaitu bergaul dengan pengalaman-pengalaman inderawiah, untuk membentuk ketahuan-ketahuan kita. Berpikir logis yaitu suatu teknik penalaran untuk dapat kesimpulan yang korek. Berpikir ilimiah yaitu berpi-kir secara sistematis, metodis dan objektif, dalam rangka mencapai kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Berpikir filsafat yaitu berpikir dialektis yang terarah untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki, intergral dan universal. Berpikir theologis yaitu mencapai kepastian (keyakinan) tentang keesaan Tuhan.

11. KESIMPULAN

Tambang emas yang ada pada diri anda adalah pikiran, bila anda ingin memanfaatkan potensi yang ada dalam diri anda, maka anda harus mampu menggerakkan kemampuan berpikir.

Berpikir dengan disadari diperlukan adanya dorongan dari dalam diri anda. Daya dorong itu yang kita sebut dengan KOMITMEN yang harus kita kembangkan dalam diri peribadi dan diaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari dalam hidup, bekerja dan belajar.

Komitmen sebagai podasi harus memiliki pilar-pilar untuk menopang keinginan yang hendak dicapai dalam bentuk (K)ebersamaan – (O)rang – (M)emahami – (I)ntelegensi – (T)asamuh – (M)ental -(E)klektis – (N)alar. Pilar-pilar tersebut harus diasah secara teratur agar ia dapat menjadi penggarak untuk mencapai sukses dalam berpikir yang percaya diri.

Keberhasilan itu dapat dicapai dengan kita memahami baik sebagai pelaku penggerak (pemimpin) maupun sebagai pelaku pnerima (bawahan) atas peran.

Bagi seorang pemimpin yang penting untuk mengetahui dalam pikirannya bahwa disatu sisi apakah ada komitmen yang diberikan oleh bawahannya dan disisi lain apakah bermakna komitmen tersebut baginya.

Dengan menghayati makna yang terkandung dalam KOMITMEN diatas sebagai landasan pola pikir untuk menum-buhkan kembangkan perubahan sikap dan perilaku yang sesuai dengan gelombang perubahan, dituntut adanya satu keyakinan yang bulat untuk melaksanakan komitman kedalam amalan lahir dan batin baik pemimpin maupun bawahan.

No comments:

Post a Comment